![]() |
| Petani sedang memetik daun temabkau ditumpuk di pinggiran lahan sawahnya (Foto : Sumanto) |
KLATEN - INDEPNews ; Terkait
harga daun tembakau yang harganya merosot, dan patokan harga belum ada,
para petani tembakau di wilayah Kabupaten Klaten, melayangkan surat
pengaduan ke Bupati Klaten H Sunarna SE MHum. Karena, musim panen raya
tiba, wacana soal harga belum ada, sehingga jika pemerintah tak campur
tangan, pinjaman kredit di bank terancam macet.
Menurut Ketua Asosiasi Petani tembakau Indonesia Klaten (APTIK) Kadarwati SH, sampai pertengahan bulan September 2012 ini, petani masih dipusingkan harga pembelian daun tembakau yang tak pasti. Dengan melayangkan surat aduan ke bupati ini diharapkan ada solusi dari Bupati soal harga tembakau.
"Sebab saat ini sebagian daerah sentra tembakau sudah mulai panen raya. Tapi lantaran harga terlalu rendah petani ragu-ragu untuk menjual hasil panennya" jelas dia, Minggu (16/9).
Kalau harga tembakau terus merosot petani akan mengalami kerugian besar. Karena itu petani berharap bisa bertemu dengan Bupati. Dengan harapan Pemkab bisa mendesak pabrikan segera mengeluarkann standar harga atau memulai pembelian.
"Musim panen raya ini harga daun tembakau paling bawah hanya dihargai Rp 2000 - Rp 2500/kg. Padahal panenan musim sebelumnya harga mencapai Rp 6.000/kg" jelas Mardimin petani di wilayah Kecamatan Karangnongko.
Seperti diketahui sebelumnya, kalangan petani tembakau di Klaten resah karena , meski hasil panenan musim ini lebih bagus dibandingkan dengan musim sebelumnya namun patoan harga belum ada.
Kekhawatiran petani daun tembakau tak laku dijual, menjadi kenyataan. Karena, harga daun tembakau basah bawahan sekarang ini hanya Rp 15000 -Rp 20000 /kuintalnya. Padahal, panenan tahun lalu, harga daun tembakau mencapai Rp 50.000 sampai Rp 60.000/kuintalnya.
Sehingga untuk panenan sebelumnya, stok tembakau di sawah-sawah ‘diserbu’ para pembeli dengan harga relatif tinggi,” ungkap Ngadimin, petani di wilayah Kecamatan Trucuk, Klaten.
Lebih lanjut dikatakan, para sebagian petani tembakau di sini (Manisrenggo) saat ini gelisah, ini bukan karena tanaman kurang air. Namun lantaran sampai panen raya kali ini patokan harga tembakau belum ada. Padahal, tahun sebelumnya, kurang satu bulan panen sudah banyak tengkulak datang ke sawah-sawah untuk menawarnya.
“Sekrang ini tanaman tembakau di Manisrenggo umumnya sudah mulai panen. Tetapi kabar soal harga tembakau per patok atau per kilogramnya belum ada selentingan (wacana harga),” ungkap dia.
Sumber lain menyebutkan, musim panen tahun lalu harga tembakau tinggi, meski saat itu hanya sebagian petani yang meraub untung besar. Karena, musim lalu sebagian besar petani ‘trauma’ dengan musim panen tahun sebelumnya banyak menderita kerugian.
“Karena stok tembakau di Klaten berkurang, saat musim panen tahun lalu (2011) para pengusaha lokal (Klaten-red) harus mencari di luar Klaten seperti Grobogan, Boyolali dan beberapa kota lainnya,” ungkap penebas tembakau Tukiyo seraya mengakui bahwa musim ini dia belum bergerak (membeli daun tembakau)..
Diakui olehnya, hasil panen tembakau tahun lalu memuaskan dibanding dengan hasil padi selisihnya jauh. Harga tembakau di sawah ditebas (dibayar) Rp 3 sampai Rp 4 juta/patoknya. Meski tanaman padi panenan musim kali ini sebagian besar cukup lumayan. “Patokan harga tembakau saat ini belum ada, maka kami belum berani keluar untuk menebas,” tambah Tukiyo.
Menurut S Tukiyo, seorang pengusaha tembakau di Jogonalan, musim panen tahun lalu, ada beberapa tengkulak membelinya dengan harga rob (satu patok) berkisar Rp 2 juta sampai Rp 3,5 juta bahkan lebih. Namun, musim petik tembakau tahun ini jumlah tengkulak yang nebas tembakau di sawah belum ada yang keluar, sehingga tidak mengherankan kalau para petani tembakau bingung dan khawatir menderita kerugian besar. (Anto)
Menurut Ketua Asosiasi Petani tembakau Indonesia Klaten (APTIK) Kadarwati SH, sampai pertengahan bulan September 2012 ini, petani masih dipusingkan harga pembelian daun tembakau yang tak pasti. Dengan melayangkan surat aduan ke bupati ini diharapkan ada solusi dari Bupati soal harga tembakau.
"Sebab saat ini sebagian daerah sentra tembakau sudah mulai panen raya. Tapi lantaran harga terlalu rendah petani ragu-ragu untuk menjual hasil panennya" jelas dia, Minggu (16/9).
Kalau harga tembakau terus merosot petani akan mengalami kerugian besar. Karena itu petani berharap bisa bertemu dengan Bupati. Dengan harapan Pemkab bisa mendesak pabrikan segera mengeluarkann standar harga atau memulai pembelian.
"Musim panen raya ini harga daun tembakau paling bawah hanya dihargai Rp 2000 - Rp 2500/kg. Padahal panenan musim sebelumnya harga mencapai Rp 6.000/kg" jelas Mardimin petani di wilayah Kecamatan Karangnongko.
Seperti diketahui sebelumnya, kalangan petani tembakau di Klaten resah karena , meski hasil panenan musim ini lebih bagus dibandingkan dengan musim sebelumnya namun patoan harga belum ada.
Kekhawatiran petani daun tembakau tak laku dijual, menjadi kenyataan. Karena, harga daun tembakau basah bawahan sekarang ini hanya Rp 15000 -Rp 20000 /kuintalnya. Padahal, panenan tahun lalu, harga daun tembakau mencapai Rp 50.000 sampai Rp 60.000/kuintalnya.
Sehingga untuk panenan sebelumnya, stok tembakau di sawah-sawah ‘diserbu’ para pembeli dengan harga relatif tinggi,” ungkap Ngadimin, petani di wilayah Kecamatan Trucuk, Klaten.
Lebih lanjut dikatakan, para sebagian petani tembakau di sini (Manisrenggo) saat ini gelisah, ini bukan karena tanaman kurang air. Namun lantaran sampai panen raya kali ini patokan harga tembakau belum ada. Padahal, tahun sebelumnya, kurang satu bulan panen sudah banyak tengkulak datang ke sawah-sawah untuk menawarnya.
“Sekrang ini tanaman tembakau di Manisrenggo umumnya sudah mulai panen. Tetapi kabar soal harga tembakau per patok atau per kilogramnya belum ada selentingan (wacana harga),” ungkap dia.
Sumber lain menyebutkan, musim panen tahun lalu harga tembakau tinggi, meski saat itu hanya sebagian petani yang meraub untung besar. Karena, musim lalu sebagian besar petani ‘trauma’ dengan musim panen tahun sebelumnya banyak menderita kerugian.
“Karena stok tembakau di Klaten berkurang, saat musim panen tahun lalu (2011) para pengusaha lokal (Klaten-red) harus mencari di luar Klaten seperti Grobogan, Boyolali dan beberapa kota lainnya,” ungkap penebas tembakau Tukiyo seraya mengakui bahwa musim ini dia belum bergerak (membeli daun tembakau)..
Diakui olehnya, hasil panen tembakau tahun lalu memuaskan dibanding dengan hasil padi selisihnya jauh. Harga tembakau di sawah ditebas (dibayar) Rp 3 sampai Rp 4 juta/patoknya. Meski tanaman padi panenan musim kali ini sebagian besar cukup lumayan. “Patokan harga tembakau saat ini belum ada, maka kami belum berani keluar untuk menebas,” tambah Tukiyo.
Menurut S Tukiyo, seorang pengusaha tembakau di Jogonalan, musim panen tahun lalu, ada beberapa tengkulak membelinya dengan harga rob (satu patok) berkisar Rp 2 juta sampai Rp 3,5 juta bahkan lebih. Namun, musim petik tembakau tahun ini jumlah tengkulak yang nebas tembakau di sawah belum ada yang keluar, sehingga tidak mengherankan kalau para petani tembakau bingung dan khawatir menderita kerugian besar. (Anto)


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !