![]() |
| Ilustrasi kasus Bank Century |
JAKARTA-INDEPNEWS.Com
: Rapat tanggal 20 Nopember 2008 diselenggarakan oleh Wapres HM. Jusuf Kalla di
kantornya adalah rapat tentang situasi perekonomian Indonesia secara umum.
Rapat yang oleh Pak Boediono disebut
rapat besar, dihadiri menteri terkait, termasuk Gubernur BI yang saat itu
dijabat Boediono.
Sesuai penjelasan
yang saya peroleh dari M. Jusuf Kalla yang kini berada di London untuk menjadi
pembicara pada Seminar Perdamaian, saya ingin menjelaskan bahwa dalam
rapat itu, M. Jusuf Kalla, menanyai satu persatu menteri yang hadir, termasuk
kepada Pak Boediono.
Boediono pada rapat
tersebut menyampaikan paparannya. Dari paparan yang disampaikan Pak
Boediono, tidak satupun menyebutkan bahwa Bank Century bermasalah dan butuh
bantuan dana sebesar 630 milyar rupiah.
Jadi sejak semula
Pak JK tidak pernah dilapori perihal "nasib" Bank Century. Atau pada
rapat tanggal 20 Nopember tersebut, Gubernur BI, Boediono tidak memberi laporan
tentang kodisi Bank Century.
Karena tidak
terdapat hal-hal spesifik terhadap perekonomian nasional kecuali Rupiah
terkoneksi menjadi 12.400 rupiah/dolar AS seperti juga melemahnya mata uang
beberapa negara lain. Maka rapat tersebut menyimpulkan sekalipun situasi
ekonomi dunia tidak kondusif menyusul krisis di Amerika dan nilai rupiah
terkoneksi, namun sejauh itu Perekonomian Indonesia masih baik.
Sehingga Anggito
Abimayu selaku Kepala Badan Pengendali Fiskal Departemen Keuangan RI, yang
sesudah rapat menggelar jumpa pers menyampaikan kepada publik perihal masih
terkendalinya perekonomian nasional. Keterangan pers Anggito Abimayu ini bisa
dicek di berita harian Kompas tanggal 21 Nopember 2008.
Menurut Anggito
Abimayu pada jumpa pers tersebut seperti yang dikutip Kompas tanggal 21 Nopember 2008,
"makroekonomi 2008 masih sesuai target dengan pertumbuhan rata-rata per
tahun 6,2 persen dengan perlambatan di kuartal III dan IV. ”Untuk 2009, kami
akan melihat seluruh perkembangan ekonomi dunia. Ada kemungkinan untuk
mengoreksi pertumbuhan ekonomi 6 persen,” ujarnya.
Koreksi juga akan
dilakukan untuk sejumlah indikator ekonomi, seperti nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS, suku bunga, pasar surat utang negara, dan pasar modal. APBN 2008
juga dinilai aman dengan target pencapaian penerimaan naik 5 persen di atas
APBN-P.
Anggito
mengemukakan, surplus APBN 2008 cukup membantu pembiayaan APBN 2009 yang
kritis. Defisit juga turun menjadi 1,1 persen terhadap PDB (Rp 51 triliun) dari
perkiraan 2,1 persen. ”Surplus bisa dipakai untuk 2009,” ujarnya(Anggito
Abimayu). Kompas tanggal 21 Nopember 2008 Selengkapnya
:
http://tekno.kompas.com/read/2008/11/21/06061999/gejolak.rupiah.pemerintah.masih.percaya.diri
[HA]


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !