![]() |
| Tanpak dari kiri barisan ke 3 Jusuf Kalla dan Bupati terpilih Karanganyar Drs H. Juliatmono, MM memakai baju putih (HA) |
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan pesan tersebut dalam acara Pengajian Akbar dan Sarasehan Bazis Kabupaten Karanganyar di halaman Masjid Agung Karanganyar Jawa Tengah (14/12).
Dalam acara yang dihadiri oleh sekitar 1000 sukarelawan Bazis, termasuk bupati Rina Iriani, tersebut, JK juga berpesan kalau kita meningkatkan kemakmuran umat, maka jumlah zakat akan meningkat. JK mengibaratkan zakat seperti terlur ayam.
“Sama seperti beternak ayam, kalau ingin dapat banyak telur, ya kita tambah jumlah ayamnya, dan kita kasih makan ayam tersebut, supaya bisa bertelur degan baik. Jangan hanya diperbanyak buruh pengumpul telurnya,” kata JK disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Ketua Umum DMI ini menyampaikan bahwa zakat memang berbeda dengan pajak. namun, keduanya punya peran saling melengkapi. Pajak dibayarkan berdasarkan pendapatan, tetapi zakat dibayarkan berdasarkan asetnya, atau kekayaannya.
“Ada orang kaya tak bayar pajak karena sedang rugi, tetapi ia tetap harus bayar zakat,” terang JK. “Banyak orang tidak punya harta, tak perlu bayar zakat, tetapi tetap harus bayar pajak karena mereka ada pendapatan. Jadi pajak dan zakat saling melengkapi.”
Mendengar keterangan bahwa hampir Rp 3 miliar zakat dikumpulkan oleh Bazis Karanganyar, JK mengatakan bahwa dengan jumlah penduduk 1 juta, jumlah zakat itu bisa ditingkatkan lagi. JK yakin, jumlah yang sesungguhnya lebih dari itu, yakni zakat yang disalurkan secara pribdi, tidak melalui badan amil zakat.
“Banyak yang memberikannya langsung kepada rakyat, atau dengan membangun masjid. Jadi, masyarakat kita sesungguhnya sangat dermawan,” ujar Ketua PMI ini.
Tentang antusiasme masyarakat dalam berzakat, JK berujar bahwa masyarakat akan menyumbang zakat jika tahu kemana uangnya akan disalurkan, supaya masyarakat percaya. Tujuan penggunaan sebaiknya disampaikan terlebih dahulu untuk meningktakan kepercayaan masyarakat pada pengelolaan zakat.
“Jadi, obyeknya diumumkan, baru dikumpulkan zakat. Supaya masyarakat tahu dan yakin,” kata JK. “Jadi, jangan dikumpulkan dulu baru dicari rencana penggunaannya.”
Berdagang itu sunnah
Sebagai Ketua DMI, JK juga berpesan, masjid-masjid di Indonesia harus memakmurkan jamaah. Di masjid, jangan bicara tentang ibadah saja, tetapi juga tentang ekonomi rakyat. Tentang pertanian, perdagangan dan lainnya. Sebagai contohnya, di masjid harus ada dakwah untuk meningkatkan jiwa pengusaha di kalanga orang muslim.
“Jangan salah, jadi pedagang itu adalah sunah rasul. Nabi kita adalah pedagang. Sayangnya, kalau ada saat-saat pertemuan para pedagang, uztad tidak bicara bahwa bahwa mereka yang hadir sudah melaksanakan sunatullah, tapi saat ceramah di acara pernikahan, uztad selalu mengatakan bahwa mempelai sedang menjalankan sunnah Nabi. Makanya banyak yang nikah berkali-kali,” kata JK disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Sebagai salah satu usulnya, JK akan membentuk semacam kurikulum kuthbah, supaya tidak terjadi pengulang-ulangan materi khutbah. Agar jamaah tidak bosan dan supaya pengetahuan jamaah makin baik dan terarah bukan hanya bisa ibadah, tapi juga muamalah.
“Supaya jamaah makin pandai dan luas wawasannya. Yang diubdang bicara tidak saja uztad agama, tetapi juga “uztad” ekonomi, pertanian, budaya, dan sebagainya,” pungkas JK. [HA]


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !