Pemimpin yang Baik dan Berprestasi Membutuhkan Kritik INDEPNEWS.Com
Headlines News :
Home » , , » Pemimpin yang Baik dan Berprestasi Membutuhkan Kritik

Pemimpin yang Baik dan Berprestasi Membutuhkan Kritik

Ditulis Oleh redaksi Senin, 16 Desember 2013 | 09.58

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat bersama masyarakat (Blusukan) 
JAKARTA - INDEPNEWS.Com: Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi merupakan fenomena yang luar biasa. Fanatisme masyarakat dalam mendukung sosok Jokowi sebagai capres 2014 dinilai cenderung mengabaikan rasionalitas.

Akibatnya, Jokowi seolah menjadi tokoh yang tidak pernah salah dan tidak boleh dikritik. “Nama Jokowi hari ini muncul sebagai calon presiden dengan legitimasi yang sangat tinggi. Bahkan, saking tingginya, publik cenderung kehilangan objektivitas dan rasionalitas dalam memberikan penilaian. Padahal seorang pemimpin yang baik dan berprestasi membutuhkan kritik,’’ kata Direktur Riset Cyrus Network, Eko Afianto, di Jakarta, Minggu (15/12).

Berdasarkan hasil survei Cyrus Network, ujar Eko, 37,2% responden setuju Jokowi maju sebagai calon presiden dan Basuki T Purnama naik menjadi Gubernur DKI Jakarta. Survei itu juga menunjukkan Jokowi mampu meningkatkan potensi pemilih  partai mana pun yang mengusungnya sebagai capres.

Sebanyak 60,1% pemilih (16,2% pemilih PDIP dan 43,9% pemilih nonPDIP) akan mempertimbangkan memilih PDIP jika sebelum Pileg 2014 PDIP mengumumkan pancapresan Jokowi. “Jika mengusung Megawati akan mendapat 26,4% dan apa bila mendukung Prabowo akan mendapat 32,1%,” jelas Eko.

Bila Jokowi diusung Partai Golkar, ujar Eko, perolehan suara partai berlambang pohon beringin itu melonjak ke angka potensial 53%. Adapun Gerindra, bila mengusung Jokowi, bisa mendapat 48%. Bahkan, figur Jokowi bisa mengangkat PBB, Partai NasDem, dan PKPI ke titik potensial tertinggi di atas 40%.

Menariknya, imbuh Eko, ketika ditanya soal kebijakan mobil murah, masyarakat terbelah dalam bagian yang sama besar antara yang setuju (43%) dan tidak setuju (43%). Namun, saat diberitahu bahwa Jokowi tidak setuju kebijakan mobil murah, 66% responden yang tadinya setuju mobil murah berbalik membenarkan pendapat Jokowi tersebut.

“Artinya, masyarakat sudah tidak rasional lagi. Jokowi dirasa sebagai obat sapu jagat seluruh persoalan bangsa yang bisa hilang seketika.“

Pihaknya menilai fenomena itu baru pertama kali muncul dalam 15 tahun terakhir diIndonesia. Itu merupakan hal positif, tetapi efek negatifnya masyarakat bisa terperangkap antara realitas dan mitos tentang seorang pemimpin.

“Pemimpin yang baik dan berprestasi tetap membutuhkan kritik, bahkan harus membuka ruang untuk kritik. Publik harus disadarkan bahwa pemimpin itu tetap manusia biasa, bukan ratu adil,“ cetusnya.

Pengamat psikologi politik Hamdi Muluk yang hadir dalam acara itu menilai fenomena tersebut sebagai wujud kegagalan parpol dalam hal kaderisasi calon pemimpin yang mampu mengurus negeri ini.

“Partai politik gagal mencari orang terbaik, mendidik, mengader, dan mengajukannya ke publik. Hingga hari ini, nama yang keluar hanya Jokowi. Kalau parpol bagus kerjanya, ada10-20 orang seperti Jokowi sehingga bisa bersaing sehat. Atau mungkin ada orang yang berkompeten di parpol, tetapi tidak dimunculkan hanya karena dia tidak dekat dengan `cukong',“ ungkap Hamdi. [*PNo250*]
Bagikan Berita :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BERITA POPULER

Cari Blog Ini

 


Copyright © 2011. INDEPNEWS.Com - All Rights Reserved