![]() |
| Direktur Utama PT RNI, Ismed Hasan Putro, saat meninjau Pabrik Gula Jatitujuh, di Majalengka, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. (Kompas.com/ES) |
"Kementerian Perdagangan ini terus memberikan izin impor, impor, impor, padahal stok cukup. Ini yang membuat penjualan gula tebu (petani) sulit," terang Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Ismed Hasan Putro, (22/5/2014).
Dia mengatakan, tidak adanya pembatasan gula asing yang masuk mengancam para petani tebu, dan malah memunculkan adanya kemungkinan perembesan. Ismed pun menegaskan, sampai hari ini tidak pernah ada ketegasan dari pemerintah pusat soal peredaran gula rafinasi.
Namun demikian, menurutnya, ketidaktegasan pemerintah pusat dalam membatasi peredaran gula impor, seharusnya bisa ditegaskan oleh pemerintah daerah (pemda). Ismed mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Gubernur Jawa Timur, Sukarwo, yang melarang peredaran gula impor.
"Hanya Jatim yang berani malarang. Jabar, Jateng, enggak ada. Saya berharap Pak Aher sama Pak Ganjar bisa meniru Pak Karwo. Jadi, kalau pemerintah pusatnya mandul, diharapkan pemda bisa beraksi. Kan sudah ada otonomi daerah," tukasnya. (RJ)


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !