![]() |
| Terlihat warga tetap kembali membangun rumah di dukuh masuk KRB (Foto : Sumanto) |
Warga Mundur, Program Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Terancam Batal
KLATEN-INDEPNews
; Program
Rehabilitasi dan Rekontruksi warga korban Erupsi Gunung Merapi terancam gagal.
Karena dari 32 keluarga warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) Desa
balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, satu persatu mundur dari program yang
dirancang pemerintah tersebut.
"Warga
menolak dipindah ke lokasi yang jauh dari tempat tinggal semula. Warga hanya
bersedia direlokasi ke Dukuh Bendorejo, dan jika dipindah ke lokasi lebih jauh,
warga mengurungkan diri," ungkap Pardana, yang diiyakan sejumlah warga
Balerante, Selasa (7/8).
Sementara
itu, Kepala Desa Balerante, Kecamatan Kemalang
Sukono mengatakan, pemerintah desa tidak mempermasalahkan program
relokasi yang direncanakan pemkab. Namun dia berharap lokasi yang dipilih
pemkab agar disosialisasi kepada warganya.
“Tujuannya
agar warga tidak kaget dan dapat menyesuaikan dengan kondisi sekarang. Lokasi
saya serahkan kepada pemkab mana yang dipilih,” ujarnya.
Seperti
diektahui, dari 165 keluarga yang tinggal di lima dukuh rawan bencana, akan direlokasi ke
lokasi aman. Para warga tersebut akan mendapat
tanah 150 m2 di antaranya untuk fasilitas umum. Kemudian rumah permanen senilai
Rp 30 juta.
Adapaun
jumlah dana yang disediakan pemerintah Rp 20 miliyar lebih. Namun dengan batas
waktu yang ditetapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hanya 32
keluarga yang bersedia direlokasi,dengan catatan bila lokasi relokasi tak jauh
dari tempat tinggal semula.
Menurut
Kaur Pembangunan Desa Balerante, Jainu, warganya sepakat, jika relokasi tidak
ke Dukuh Bondorejo, warga memilih relokasi batal. Karena itu, sekarang tinggal
memilih, warga atau pemerintah yang mengalah. Kendati dia tahu, kalau tata
ruang tak dapat diubah seperti membalikan telapak tangan.
"Lahan
yang dikehendaki warga di Dukuh Bendorejo tersebut merupakan tanah bengkok Kaur
Pemerintahan. Rencana, pemerintah tak akan membeli tanah tersebut dan hanya
menggantinya dengan tanah di loaksi lain," ujar dia, seraya menyatakan,
rencana sebelum dapat pengganti, tanah tetap dibeli dan dana dimasukkan
kerekening kas desa. Sedangkan, Kaur Pemerintah selaku pemilik tanah bengkok
akan mendapatkan bunga dari tabungan tersebut.
Disebutkan,
semula BPBD mengusulkan lokasi relokasi di ke Dukuh Tegalweru, namun warga
menolak dengan alasan terlalu jauh. warga bersedia dipindhkan ke Dukuh
Bendorejo yang lebih dekat, hal itu pun hanya 32 keluarga.
Dibagian
lain, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemkab Klaten, bersikeras
menolak usulan penggunaan lahan Dukuh Bendorejo, Desa Balerante, Kemalang untuk
dijadikan sebagai lokasi relokasi warga korban erupsi Gunung Merapi.
Terpisah,
Kepala Bappeda Klaten, Bambang Sigit Sinugroho, MM, karena lahan dukuh tersebut
masuk dalam wilayah terdampak langsung satu yang sangat berbahaya kalau terjadi
letusan. Sehingga, berdasarkan kajian dan pertimbangan, Bappeda menolak lokasi
itu untuk dijadikan hunian.
Sebab,
jaraknya dari puncak merapi hanya 7,2 kilometer. Selain itu, dalam perda
rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) yang berlaku, dukuh setempat masuk
wilayah kawasan rawan bencana (KRB) yang dilarang untuk hunian.
"Pemkab
tak akan ambil resikobagi keselamatan warga. Kendati ada rekomendasi dari Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunung apian (BPPTK) Yogyakarta yang
mengijinkan digunkan untuk hunian dengan syarat harus siuap dievakuasi swetiap
saat, Pemkab pun tetap menolak," tandasnya.
Sementara
itu, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat
(Kesbangpollinmas) Sri Winoto mengatakan, kalau memang lokasi Dukuh Bendorejo
itu tak diijinkan tak masalah. Namun demikian, pihaknya berahrap harus ada
sosialisasi. Kalau warga setuju di zona aman, juga lebih baik.
Sehubungan
itu, pihaknya menyatakan, untuk sementara, proses relokasi tak dilanjutkan
sambil menunggu keputusan lebih lanjut dari Bappeda dan Badan Koordinasi
Pemanfaatan Ruang daerah (BKPRD). Setelah ada keputusan baru, akan diakji
kembali. Pihaknya optimis, warga tak akan resah, karena untuk sementara warga
sudah tinggal di dukuh lama kendati kondisinya sederhana. (Anto)


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !