(Catatan Reuni 2012 dan Profil SDN Banbaru 1)
SUMENEP - INDEPNEWS.Com ; Terletak di sebuah kepulaun kecil yang terbagi menjadi empat desa, SDN Banbaru 1 berada di sebuah desa bernama Banbaru. Secara teretorial kepulauan yang punya nama Pulau Giliraja itu, berada di perairan selatan Pulau Madura, serta masuk wilayah administrative Kabupaten Sumenep. SDN Banbaru 1 berdiri pada tahun1973 dan merupakan Sekolah Dasar pertama yang ada di Pulau Giliraja.
Mula-mula SDN Banbaru 1 berdiri dengan satu badan bangunan, terdiri dari enam ruangan dengan rincian, lima ruangan untuk kelas dan satu ruangan lagi sebagai kantor sekolah. Berjendela lebar dari kelindan kawat, sehingga sirkulasi udara mempunyai ruang yang sebebas-bebasnya. Sehat, namun ruangan belajar menjadi sangat terang-benderang. Bangunan tersebut melintang menghadap kearah utara, dengan pagar halaman yang berbatas langsung dengan jalan raya desa Banbaru.
Beberapa tahun kemudian berdiri lagi sebuah gedung tambahan dengan arsitektur bangunan yang tak jauh berbeda, masih berjendela kawat namun sudah di lengkapi dengan fasilitas toilet. Bangunan tersebut terletak di sebelah timur garis halaman sekolah, dan sudah pula mengalami renovasi. Sampai kemudian pada awal tahun delapan-puluhan berdiri lagi bangunan yang melengkapi kebutuhan akan ruangan kelas dan ruang untuk Perpustakaan Sekolah SDN Banbaru 1, yang waktu itu masih belum memadai.
Juga masih segar dalam ingatan, pada suatu ketika Perpustakaan Sekolah sempat berbagi ruangan dengan Kantor Sekolah. Dan bangunan yang sampai hari ini merupakan bangunan yang terakhir itu, terletak di sebelah barat garis halaman SDN Banbaru 1. Sebuah bangunan dengan arsitektur lebih modern di banding dengan kedua bangunan sebelumnya, untuk ukuran saat itu.
Penambahan ruangan belajar mutlak di butuhkan mengingat semakin sadarnya masarakat Giliraja akan nilai penting sebuah pendidikan, paling tidak bagi diri dan lingkungannya. Sehingga tahun demi tahun semakin bertambah-tambah saja orangtua yang datang dari segala penjuru pulau, untuk menyekolahkan anak-anaknya ke SDN Banbaru 1.
Masih segar juga dalam ingatan para alumni, bahwa di masanya pernah terjadi satu kelas terbagai hingga menjadi tiga ruangan. Itu menunjukan betapa SDN Banbaru kala itu, memang menjadi tumpuan bagi para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Dari semua hal di atas, secara keseluruhan gedung SDN Banbaru 1 yang awalnya bernama SD INPRES itu sudah pernah mengalami perbaikan bahkan renovasi, kecuali sebuah tugu identitas SDN Banbaru 1 yang terletak di tengah garis halaman sisi selatan. Tugu tersebut tidak mengalami perubahan baik bentuk bangunan ataupun bentuk tulisannya.
Entah, kenapa tugu tersebut dibiarkan sebagaimana bentuk asalnya oleh manajemen sekolah, namun yang jelas tugu tersebut menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi para alumni angkatan 1987 yang sedang berkenang massal itu. Menurut beberapa undangan, khusunya para guru atau pun mantan Kepala Sekolah, “silaturahim ini merupakan Reuni pertamakali sejak SDN Banbaru 1 berdiri” 40 tahun yang lalu.
Pada segmen “Keakraban” tugu tersebut seperti menjadi inspirasi bagi beberapa peserta reuni 2012 untuk memulai obrolannya seputar perubahan gedung sekolah dari waktu ke waktu. Bersama teman-teman lama yang baru berjumpa setelah hampir 27 tahun berpisah, tugu tersebut bak mediator yang mampu mencairkan komunikasi-kaku diantara para peserta reuni 2012.
Adanya beku-keakraban pada sebagian alumni adalah hal lumrah, mengingat selain sudah betapa lamanya mereka berpisah, ada pula mungkin gurat wajah dari para sahabat-kanaknya itu kini sudah berubah karena usia, dan mungkin tak seperti bayangannya semula. Di samping itu juga, rata-rata usia alumni angkatan ’87 yang sudah mendekati kepala-empat, yang hadir dengan ragam penampilan, serta sudah berasal dari berbagai daerah dan profesi itu, menjadi penyebab lain dari tidak langsung cairnya keakraban di awal sua.
Namun Reuni yang diantaranya juga melibatkan satu kepala sekolah dan dua mantan kepala sekolah ini, terbilang sukses, baik jika di ukur dari jumlah undangan yang hadir ataupun respon dari para tokoh Sekolah dan tokoh Desa Banbaru, seperti yang tertuang dalam pidato sambutannya. Akan tetapi untuk sampai kepada sukses acara dan sukses penyelenggaraan memang tidak mudah.
Hal ini terlontar dari pidato sambutan seorang lelaki dewasa berbadan tegap yang mengatasnamakan panitia dan alumni 1987. “Bapak, ibu, hadirin sekalian… memang tidak pernah mudah untuk sampai kepada acara yang akhirnya mempertemukan kita semua di sini. Asal di ketahui saja, bahwa rencana untuk mengadakan acara yang semacam bapak-ibu saksikan saat ini, sebenarnya sudah berjalan hampir dua tahun lamanya.
Lalu kenapa baru bisa sampai hari ini terlaksana? Semuanya tak lepas dari masalah Jarak Waktu dan Jarak Koordinasi. Di katakan “masalah Jarak Waktu”, karena kita ternyata sudah teramat lama saling berpisah, sehingga sudah hampir 30 tahun alumni 1987 tidak saling berkomunikasi, dan ini butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan satu persatu dari teman-teman kami.
Kemudian di katakan “masalah jarak koordinasi”, karena di samping teman-teman alumni sebagian sudah berdomisili tersebar mulai dari pulau Jawa hingga pulau Bali, juga ternyata tidak mudah untuk menyatukan visi dan menyusun program dari jarak jauh, yang kesemuanya hampir seratus persen mengandalkan media komunikasi yang bernama handphone (HP) untuk melakukan koordinasi.
Tidak efektif, tapi pelan-pelan sampai juga pada koordinasi tekhnis….hingga pada action hari ini. Salah-satu kendalapun sempat datang dari Tema Acara, yakni (Reoni SD). Reuni SD memang kurang populer apalagi untuk masyarakat modern di perkotaan. Yang akrab kita dengar adalah Reuni SMA atau Reuni SMP. Tapi tak apalah, karena hikmahnya pun langsung kita rasakan: kita mendapatkan rekor sebagai alumni yang pertamakali menyelenggarakan Reuni Alumni SD, bukan saja di Desa Banbaru tapi untuk ke empat Desa yang ada di Pulau Giliraja”. Selamat !
Selain menuai simpati dan kekaguman, lelaki yang mengatasnamakan panitia dan alumni ini, dalam sambutannya mampu mengobarkan semangat para hadirin dengan pidatonya yang terus berapi-api dan kalimat-kalimatnya yang penuh sensasi. Hadirin pun sampai lupa kalau acaranya diguyur hujan semakin lebat saja.
“Sukses !”, celetuk salah satu alumni setelah kemudian acaranya di tutup dengan doa oleh seorang guru aktif SDN Banbaru 1. Namun yang tak luput menjadi kesan para alumni, dari semua rangkaian acara yang ada, adalah longmarch spiritual, dimana peserta reuni berjalan kaki secara bersama-sama dari tempat acara menuju ke sebuah pemakaman.
Dengan menempuh jarak sekitar setengah kilometer para peserta Reuni 2012 bermaksud melakukan kegiatan ziarah ke makam seorang perempuan bernama Rofiqoh. Rofiqoh adalah alumni Angkatan ’87 yang telah terlebih dahulu menghadap ke haribaan Yang Kuasa, beberapa tahun yang lalu. Sedih, hening dan perasaan haru menggumpal di atas pusara yang tiba-tiba basah oleh do’a para sahabat almarhumah. Langit pun meneteskan airmata semakin derasnya.
SDN Banbaru 1 menarik khususnya bagi alumni angkatan tahun 1987, bukan semata karena sekolah itu pernah menjadi tempatnya belajar. Lebih dari itu SDN Banbaru 1 tercatat sebagai sekolahan penuh rekor-sejarah yang cukup penting bagi masyarakat Giliraja dan para alumni khususnya.
Selain menjadi Sekolah Dasar Negeri pertama di pulau Giliraja, pada tahun 1986 gedung SDN Banbaru 1 juga menjadi saksi bisu atas lahirnya Sekolah Menengah Pertana (SMP), yang pertama pula di pulau Giliraja. Sehingga sebagian ruang kelas SDN Banbaru 1 juga pernah merangkap sebagai ruang kelas bagi SMP baru, yang bernama SMP PGRI kala itu.
Pelopor, dan para pengajaryapun juga tak bisa dipisahkan dari pejabat dan alumnus SDN Banbaru 1. Sebut saja Bapak Masjuri (Kepala Sekolah SDN Banbaru 1 masa itu), Pak Sahlan (Pilu), Pak Nur Salam dan lain-lain.
Semua rekor kepeloporan di atas ternyata kemudian diikuti pula oleh prestasi-prestasi gemilang para siswanya dari tahun ke tahun, baik untuk tingkat sekolah se pulau Giliraja atau pun pada tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Semua itu tercermin dari banyaknya piala dan piagam yang ada di kantor SDN Banbaru 1.
Tak kalah membanggakan juga datang dari prestasi-prestasi mengagumkan para alumninya, khususnya bagi mereka yang setelah mendapat kelulusan di SDN Banbaru 1 kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di atasnya.
Menurut informasi yang dapat kami percaya; SMP Negeri Bluto dan SMA Negeri Sumenep, pernah menjadi langganan prestasi bagi alumni-alumni SDN Banbaru 1, khususnya di bidang intelektual. Pada bidang keterampilan otot atau biasa di sebut dengan olah-raga pun SDN Banbaru 1 juga pernah sebagai raja-raja prestasi, baik di tingkat Sekolah Dasar se Giliraja atau pun pada tingkat Kecamatan bahkan Kabupaten. Masih menurut sumber informasi yang sama; semua kenyataan di atas masih terjadi sampai saat ini.
Dan yang juga tak bias dari catatan Penulis, adalah prestasi yang di tunjukan oleh SMP PGRI Banbaru yang waktu itu baru akan mencapai tahun kelulusannya yang ke-2. Selain di tahun itu siswa-siswi SMP PGRI Banbaru meraih kelulusan seratus persen, juga salah satu siswanya mampu mencapai nilai terbaik se Kabupaten Sumenep pada salah-satu mata pelajaran yang diEBTANAS-kan kala itu. Bahkan untuk tingkat se Jawa Timur, Nilai-Terbaik tersebut hanya mampu disamai oleh seorang siswa dari salah-satu Kabupaten di Pulau Jawa.
Mungkin secara umum prestasi yang di capai oleh siswa SMP Rayon dari SMPN Bluto itu, adalah hal yang biasa. Akan tetapi apabila mengingat kapasitas dan kualitas belajar dan pengajarnya yang jauh dari kata Ideal, di tambah lagi dengan sarana serta prasana proses belajar-mengajar yang boleh dibilang serba darurat, kala itu, sungguh apa yang diraih oleh siswa yang sekolahannya numpang di SDN Banbaru 1 ini, sanggup menumpahkan perasaan bangga yang mengharu-biru siapa pun, terlebih lagi perasaan para guru yang mengajarnya di masa itu.
Dan perasaan bangga itu pulalah mungkin, yang kemudian juga dirasakan oleh Kepala Sekolah SMPN Bluto pada EBTANAS tahun 1990 itu, sehingga sampai-sampai secara khusus sang Kepala Sekolah tersebut memanggil siswa fenomenal dari SMP PGRI itu untuk datang ke kantornya.
Sambil menjabat erat tangan kecil siswa dari SMP terpencil itu, sang Kepala Sekolah dengan mata berbinar-binar kemudian mengucapkan kata SELAMAT berulangkali. Lalu terangkailah kalimat-kalimat berikutnya dari bibir sang Kepala Sekolah tersebut, yang isinya penuh dengan motivasi- mutivasi kepada siswa yang datang dari pulau itu, motivasi kepada siswa yang untuk bisa mengikuti ujian EBTANAS di SMP-nya harus menyeberangi lautan itu, motivasi kepada siswa yang untuk bisa memakai sepatu layak di EBTANAS harus bekerja sebagai nelayan lerlebih dahulu, seminggu sebelum Test Ujian di selenggarakan.
Lalu bagaimana dengan kondisi dan prestasi siswa-siswi SDN Banbaru 1 yang sekarang ?
Tidak mengecewakan, tetapi tetap menjadi catatan dan PR bersama bagi para alumni angkatan 1987, sepulangnya dari penyelenggaraan reuni di penghujung tahun 2012, kemarin.
SDN Banbaru 1 yang berhasil menghantarkan kelulusan pertama bagi siswanya di tahun 1977, dan sudah pernah dipimpin oleh delapan Kepala Sekolah, sepanjang tahun berdirinya hingga sekarang, sudah tak mungkin lagi bisa di pisahkan dari tokoh-tokoh pendidikan dan tokoh-tokoh pemerintahan desa Banbaru masa kini.
Mulai dari Guru-Guru, Kepala-Sekolah, hingga Kepala Desa di desa Banbaru, merupakan alumni SDN Banbaru 1. Belum lagi bila bicara para Alumni SDN Banbaru 1 yang mampu berkiprah di pemerintahan dan dunia pendidikan di luar pulau Madura, khususnya di Jawa hingga Ibukota Jakarta.
Tak akan bisa di ragukan lagi, bahwa SDN Banbaru 1 pernah memberikan sentuhan pendidikan terbaik bagi siswa-siswinya. ”Karena apa-apa yang baik dari dasar, kemungkinan besar akan baik pula hingga ke permukaan”, celetuk salah satu alumni dalam suatu diskusi.
Berangkat dari eksistensi SDN Banbaru 1 di atas, dan di dukung kemudian oleh pesan Kepala Sekolah serta para mantan Kepala Sekolah yang disampaikan dalam pidato sambutannya, maka alumni angkatan ’87 sepakat merapatkan barisannya kembali, untuk memberikan terobosan terbaiknya bagi SDN Banbaru 1 serta kepada masyarakat pulau Giliraja, pada umumnya.
Lalu kira-kira terobosan apa yang akan dilakukan oleh teman-teman angkatan ’87 ini ?
Menurut salah-satu koordinator Reuni angkatan ‘87, terobosan yang pertama adalah pembuatan Buku yang didalamya berisi antara lain tentang profile SDN Banbaru 1 serta eksistensinya dari waktu ke waktu. Yang kedua, mengadakan kembali acara Silaturahim berupa Reuni Alumni seperti yang sudah dilakukan, namun dengan jangkauan peserta alumni yang lebih luas lagi, dengan melibatkan sejumlah lulusan, baik yang di atas angkatan 1987, maupun angkatan yang di bawahnya.
Semua itu bertujuan, semakin banyak peserta reuni yang terlibat, maka semakin banyak pula kemungkinan aspirasi yang bisa ditampungnya, dan semakin potensial pula setiap aspirasi-baik bisa berwujud menjadi kenyataan. Kemudian yang ke tiga, yakni membuka Perpustakaan Umum di Desa Banbaru. Semua ini bertujuan untuk menyediakan lembaga pengetahuan tambahan bagi siswa-siswi sekolah yang ada di Pulau Giliraja, selain pengetahuan yang sudah di peroleh dari kurikulum pendidikan sekolah, tentunya.
Diharapkan pula dengan dibukanya Perpustakaan Umum, tidak saja berguna sebagai penunjang bagi pustaka ilmu yang ada di sekolah masing-masing siswa, akan tetapi Perpustakan tersebut mempunyai daya manfaat yang labih luas lagi, menjangkau semua lapisan masyarakat yang mencintai ilmu-pengetahuan di Pulau Giliraja khususnya, amin.
Hidup Alumni SDN Banbaru 1, Hidup Angkatan ’87 !
01 Januari 2013
Penulis
Hasiroto / Reunisti 2012
SUMENEP - INDEPNEWS.Com ; Terletak di sebuah kepulaun kecil yang terbagi menjadi empat desa, SDN Banbaru 1 berada di sebuah desa bernama Banbaru. Secara teretorial kepulauan yang punya nama Pulau Giliraja itu, berada di perairan selatan Pulau Madura, serta masuk wilayah administrative Kabupaten Sumenep. SDN Banbaru 1 berdiri pada tahun1973 dan merupakan Sekolah Dasar pertama yang ada di Pulau Giliraja.
Mula-mula SDN Banbaru 1 berdiri dengan satu badan bangunan, terdiri dari enam ruangan dengan rincian, lima ruangan untuk kelas dan satu ruangan lagi sebagai kantor sekolah. Berjendela lebar dari kelindan kawat, sehingga sirkulasi udara mempunyai ruang yang sebebas-bebasnya. Sehat, namun ruangan belajar menjadi sangat terang-benderang. Bangunan tersebut melintang menghadap kearah utara, dengan pagar halaman yang berbatas langsung dengan jalan raya desa Banbaru.
Beberapa tahun kemudian berdiri lagi sebuah gedung tambahan dengan arsitektur bangunan yang tak jauh berbeda, masih berjendela kawat namun sudah di lengkapi dengan fasilitas toilet. Bangunan tersebut terletak di sebelah timur garis halaman sekolah, dan sudah pula mengalami renovasi. Sampai kemudian pada awal tahun delapan-puluhan berdiri lagi bangunan yang melengkapi kebutuhan akan ruangan kelas dan ruang untuk Perpustakaan Sekolah SDN Banbaru 1, yang waktu itu masih belum memadai.
Juga masih segar dalam ingatan, pada suatu ketika Perpustakaan Sekolah sempat berbagi ruangan dengan Kantor Sekolah. Dan bangunan yang sampai hari ini merupakan bangunan yang terakhir itu, terletak di sebelah barat garis halaman SDN Banbaru 1. Sebuah bangunan dengan arsitektur lebih modern di banding dengan kedua bangunan sebelumnya, untuk ukuran saat itu.
Penambahan ruangan belajar mutlak di butuhkan mengingat semakin sadarnya masarakat Giliraja akan nilai penting sebuah pendidikan, paling tidak bagi diri dan lingkungannya. Sehingga tahun demi tahun semakin bertambah-tambah saja orangtua yang datang dari segala penjuru pulau, untuk menyekolahkan anak-anaknya ke SDN Banbaru 1.
Masih segar juga dalam ingatan para alumni, bahwa di masanya pernah terjadi satu kelas terbagai hingga menjadi tiga ruangan. Itu menunjukan betapa SDN Banbaru kala itu, memang menjadi tumpuan bagi para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Dari semua hal di atas, secara keseluruhan gedung SDN Banbaru 1 yang awalnya bernama SD INPRES itu sudah pernah mengalami perbaikan bahkan renovasi, kecuali sebuah tugu identitas SDN Banbaru 1 yang terletak di tengah garis halaman sisi selatan. Tugu tersebut tidak mengalami perubahan baik bentuk bangunan ataupun bentuk tulisannya.
Entah, kenapa tugu tersebut dibiarkan sebagaimana bentuk asalnya oleh manajemen sekolah, namun yang jelas tugu tersebut menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi para alumni angkatan 1987 yang sedang berkenang massal itu. Menurut beberapa undangan, khusunya para guru atau pun mantan Kepala Sekolah, “silaturahim ini merupakan Reuni pertamakali sejak SDN Banbaru 1 berdiri” 40 tahun yang lalu.
Pada segmen “Keakraban” tugu tersebut seperti menjadi inspirasi bagi beberapa peserta reuni 2012 untuk memulai obrolannya seputar perubahan gedung sekolah dari waktu ke waktu. Bersama teman-teman lama yang baru berjumpa setelah hampir 27 tahun berpisah, tugu tersebut bak mediator yang mampu mencairkan komunikasi-kaku diantara para peserta reuni 2012.
Adanya beku-keakraban pada sebagian alumni adalah hal lumrah, mengingat selain sudah betapa lamanya mereka berpisah, ada pula mungkin gurat wajah dari para sahabat-kanaknya itu kini sudah berubah karena usia, dan mungkin tak seperti bayangannya semula. Di samping itu juga, rata-rata usia alumni angkatan ’87 yang sudah mendekati kepala-empat, yang hadir dengan ragam penampilan, serta sudah berasal dari berbagai daerah dan profesi itu, menjadi penyebab lain dari tidak langsung cairnya keakraban di awal sua.
Namun Reuni yang diantaranya juga melibatkan satu kepala sekolah dan dua mantan kepala sekolah ini, terbilang sukses, baik jika di ukur dari jumlah undangan yang hadir ataupun respon dari para tokoh Sekolah dan tokoh Desa Banbaru, seperti yang tertuang dalam pidato sambutannya. Akan tetapi untuk sampai kepada sukses acara dan sukses penyelenggaraan memang tidak mudah.
Hal ini terlontar dari pidato sambutan seorang lelaki dewasa berbadan tegap yang mengatasnamakan panitia dan alumni 1987. “Bapak, ibu, hadirin sekalian… memang tidak pernah mudah untuk sampai kepada acara yang akhirnya mempertemukan kita semua di sini. Asal di ketahui saja, bahwa rencana untuk mengadakan acara yang semacam bapak-ibu saksikan saat ini, sebenarnya sudah berjalan hampir dua tahun lamanya.
Lalu kenapa baru bisa sampai hari ini terlaksana? Semuanya tak lepas dari masalah Jarak Waktu dan Jarak Koordinasi. Di katakan “masalah Jarak Waktu”, karena kita ternyata sudah teramat lama saling berpisah, sehingga sudah hampir 30 tahun alumni 1987 tidak saling berkomunikasi, dan ini butuh waktu yang cukup lama untuk menemukan satu persatu dari teman-teman kami.
Kemudian di katakan “masalah jarak koordinasi”, karena di samping teman-teman alumni sebagian sudah berdomisili tersebar mulai dari pulau Jawa hingga pulau Bali, juga ternyata tidak mudah untuk menyatukan visi dan menyusun program dari jarak jauh, yang kesemuanya hampir seratus persen mengandalkan media komunikasi yang bernama handphone (HP) untuk melakukan koordinasi.
Tidak efektif, tapi pelan-pelan sampai juga pada koordinasi tekhnis….hingga pada action hari ini. Salah-satu kendalapun sempat datang dari Tema Acara, yakni (Reoni SD). Reuni SD memang kurang populer apalagi untuk masyarakat modern di perkotaan. Yang akrab kita dengar adalah Reuni SMA atau Reuni SMP. Tapi tak apalah, karena hikmahnya pun langsung kita rasakan: kita mendapatkan rekor sebagai alumni yang pertamakali menyelenggarakan Reuni Alumni SD, bukan saja di Desa Banbaru tapi untuk ke empat Desa yang ada di Pulau Giliraja”. Selamat !
Selain menuai simpati dan kekaguman, lelaki yang mengatasnamakan panitia dan alumni ini, dalam sambutannya mampu mengobarkan semangat para hadirin dengan pidatonya yang terus berapi-api dan kalimat-kalimatnya yang penuh sensasi. Hadirin pun sampai lupa kalau acaranya diguyur hujan semakin lebat saja.
“Sukses !”, celetuk salah satu alumni setelah kemudian acaranya di tutup dengan doa oleh seorang guru aktif SDN Banbaru 1. Namun yang tak luput menjadi kesan para alumni, dari semua rangkaian acara yang ada, adalah longmarch spiritual, dimana peserta reuni berjalan kaki secara bersama-sama dari tempat acara menuju ke sebuah pemakaman.
Dengan menempuh jarak sekitar setengah kilometer para peserta Reuni 2012 bermaksud melakukan kegiatan ziarah ke makam seorang perempuan bernama Rofiqoh. Rofiqoh adalah alumni Angkatan ’87 yang telah terlebih dahulu menghadap ke haribaan Yang Kuasa, beberapa tahun yang lalu. Sedih, hening dan perasaan haru menggumpal di atas pusara yang tiba-tiba basah oleh do’a para sahabat almarhumah. Langit pun meneteskan airmata semakin derasnya.
SDN Banbaru 1 menarik khususnya bagi alumni angkatan tahun 1987, bukan semata karena sekolah itu pernah menjadi tempatnya belajar. Lebih dari itu SDN Banbaru 1 tercatat sebagai sekolahan penuh rekor-sejarah yang cukup penting bagi masyarakat Giliraja dan para alumni khususnya.
Selain menjadi Sekolah Dasar Negeri pertama di pulau Giliraja, pada tahun 1986 gedung SDN Banbaru 1 juga menjadi saksi bisu atas lahirnya Sekolah Menengah Pertana (SMP), yang pertama pula di pulau Giliraja. Sehingga sebagian ruang kelas SDN Banbaru 1 juga pernah merangkap sebagai ruang kelas bagi SMP baru, yang bernama SMP PGRI kala itu.
Pelopor, dan para pengajaryapun juga tak bisa dipisahkan dari pejabat dan alumnus SDN Banbaru 1. Sebut saja Bapak Masjuri (Kepala Sekolah SDN Banbaru 1 masa itu), Pak Sahlan (Pilu), Pak Nur Salam dan lain-lain.
Semua rekor kepeloporan di atas ternyata kemudian diikuti pula oleh prestasi-prestasi gemilang para siswanya dari tahun ke tahun, baik untuk tingkat sekolah se pulau Giliraja atau pun pada tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Semua itu tercermin dari banyaknya piala dan piagam yang ada di kantor SDN Banbaru 1.
Tak kalah membanggakan juga datang dari prestasi-prestasi mengagumkan para alumninya, khususnya bagi mereka yang setelah mendapat kelulusan di SDN Banbaru 1 kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di atasnya.
Menurut informasi yang dapat kami percaya; SMP Negeri Bluto dan SMA Negeri Sumenep, pernah menjadi langganan prestasi bagi alumni-alumni SDN Banbaru 1, khususnya di bidang intelektual. Pada bidang keterampilan otot atau biasa di sebut dengan olah-raga pun SDN Banbaru 1 juga pernah sebagai raja-raja prestasi, baik di tingkat Sekolah Dasar se Giliraja atau pun pada tingkat Kecamatan bahkan Kabupaten. Masih menurut sumber informasi yang sama; semua kenyataan di atas masih terjadi sampai saat ini.
Dan yang juga tak bias dari catatan Penulis, adalah prestasi yang di tunjukan oleh SMP PGRI Banbaru yang waktu itu baru akan mencapai tahun kelulusannya yang ke-2. Selain di tahun itu siswa-siswi SMP PGRI Banbaru meraih kelulusan seratus persen, juga salah satu siswanya mampu mencapai nilai terbaik se Kabupaten Sumenep pada salah-satu mata pelajaran yang diEBTANAS-kan kala itu. Bahkan untuk tingkat se Jawa Timur, Nilai-Terbaik tersebut hanya mampu disamai oleh seorang siswa dari salah-satu Kabupaten di Pulau Jawa.
Mungkin secara umum prestasi yang di capai oleh siswa SMP Rayon dari SMPN Bluto itu, adalah hal yang biasa. Akan tetapi apabila mengingat kapasitas dan kualitas belajar dan pengajarnya yang jauh dari kata Ideal, di tambah lagi dengan sarana serta prasana proses belajar-mengajar yang boleh dibilang serba darurat, kala itu, sungguh apa yang diraih oleh siswa yang sekolahannya numpang di SDN Banbaru 1 ini, sanggup menumpahkan perasaan bangga yang mengharu-biru siapa pun, terlebih lagi perasaan para guru yang mengajarnya di masa itu.
Dan perasaan bangga itu pulalah mungkin, yang kemudian juga dirasakan oleh Kepala Sekolah SMPN Bluto pada EBTANAS tahun 1990 itu, sehingga sampai-sampai secara khusus sang Kepala Sekolah tersebut memanggil siswa fenomenal dari SMP PGRI itu untuk datang ke kantornya.
Sambil menjabat erat tangan kecil siswa dari SMP terpencil itu, sang Kepala Sekolah dengan mata berbinar-binar kemudian mengucapkan kata SELAMAT berulangkali. Lalu terangkailah kalimat-kalimat berikutnya dari bibir sang Kepala Sekolah tersebut, yang isinya penuh dengan motivasi- mutivasi kepada siswa yang datang dari pulau itu, motivasi kepada siswa yang untuk bisa mengikuti ujian EBTANAS di SMP-nya harus menyeberangi lautan itu, motivasi kepada siswa yang untuk bisa memakai sepatu layak di EBTANAS harus bekerja sebagai nelayan lerlebih dahulu, seminggu sebelum Test Ujian di selenggarakan.
Lalu bagaimana dengan kondisi dan prestasi siswa-siswi SDN Banbaru 1 yang sekarang ?
Tidak mengecewakan, tetapi tetap menjadi catatan dan PR bersama bagi para alumni angkatan 1987, sepulangnya dari penyelenggaraan reuni di penghujung tahun 2012, kemarin.
SDN Banbaru 1 yang berhasil menghantarkan kelulusan pertama bagi siswanya di tahun 1977, dan sudah pernah dipimpin oleh delapan Kepala Sekolah, sepanjang tahun berdirinya hingga sekarang, sudah tak mungkin lagi bisa di pisahkan dari tokoh-tokoh pendidikan dan tokoh-tokoh pemerintahan desa Banbaru masa kini.
Mulai dari Guru-Guru, Kepala-Sekolah, hingga Kepala Desa di desa Banbaru, merupakan alumni SDN Banbaru 1. Belum lagi bila bicara para Alumni SDN Banbaru 1 yang mampu berkiprah di pemerintahan dan dunia pendidikan di luar pulau Madura, khususnya di Jawa hingga Ibukota Jakarta.
Tak akan bisa di ragukan lagi, bahwa SDN Banbaru 1 pernah memberikan sentuhan pendidikan terbaik bagi siswa-siswinya. ”Karena apa-apa yang baik dari dasar, kemungkinan besar akan baik pula hingga ke permukaan”, celetuk salah satu alumni dalam suatu diskusi.
Berangkat dari eksistensi SDN Banbaru 1 di atas, dan di dukung kemudian oleh pesan Kepala Sekolah serta para mantan Kepala Sekolah yang disampaikan dalam pidato sambutannya, maka alumni angkatan ’87 sepakat merapatkan barisannya kembali, untuk memberikan terobosan terbaiknya bagi SDN Banbaru 1 serta kepada masyarakat pulau Giliraja, pada umumnya.
Lalu kira-kira terobosan apa yang akan dilakukan oleh teman-teman angkatan ’87 ini ?
Menurut salah-satu koordinator Reuni angkatan ‘87, terobosan yang pertama adalah pembuatan Buku yang didalamya berisi antara lain tentang profile SDN Banbaru 1 serta eksistensinya dari waktu ke waktu. Yang kedua, mengadakan kembali acara Silaturahim berupa Reuni Alumni seperti yang sudah dilakukan, namun dengan jangkauan peserta alumni yang lebih luas lagi, dengan melibatkan sejumlah lulusan, baik yang di atas angkatan 1987, maupun angkatan yang di bawahnya.
Semua itu bertujuan, semakin banyak peserta reuni yang terlibat, maka semakin banyak pula kemungkinan aspirasi yang bisa ditampungnya, dan semakin potensial pula setiap aspirasi-baik bisa berwujud menjadi kenyataan. Kemudian yang ke tiga, yakni membuka Perpustakaan Umum di Desa Banbaru. Semua ini bertujuan untuk menyediakan lembaga pengetahuan tambahan bagi siswa-siswi sekolah yang ada di Pulau Giliraja, selain pengetahuan yang sudah di peroleh dari kurikulum pendidikan sekolah, tentunya.
Diharapkan pula dengan dibukanya Perpustakaan Umum, tidak saja berguna sebagai penunjang bagi pustaka ilmu yang ada di sekolah masing-masing siswa, akan tetapi Perpustakan tersebut mempunyai daya manfaat yang labih luas lagi, menjangkau semua lapisan masyarakat yang mencintai ilmu-pengetahuan di Pulau Giliraja khususnya, amin.
Hidup Alumni SDN Banbaru 1, Hidup Angkatan ’87 !
01 Januari 2013
Penulis
Hasiroto / Reunisti 2012


Sebuah kesaksian bahwa Angkatan '87 adalah alumni Revolusioner
BalasHapusCuma sekedr info klau apa yg sudh kalian tanam alumni 87 kini sudah dirampaz oleh guru itu sndiri
BalasHapus