![]() |
| Gerakan gopyokan tikus (Foto : Sumanto SP) |
Menurut Prawiro (45), seorang petani di wilayah Kecamatan Delanggu, serangan hama tikus mulai muncul sepekan terakhir ini. Hama yang satu ini jumlahnya semakin hari semakin banyak. Padahal, biasanya saat turun hujan hama tikus itu menghilang sebentar. Namun pada musim penghujan kali ini, justru muncul dan jumlahnya semakin banyak.
“Ganasnya serangan hama tikus dalam satu malam satu patok (800 m2-red) bisa ludes dimangsa. Yang paling rusak pada tanaman padi usia 1,5-3 bulan yang mulai tumbuh bulir padi muda yang dimangsa hama pengerat tersebut,” ujar dia.
Tidak hanya bulir padi, batang tanaman pun diserang dan dibawa untuk membuat sarang. Mengganasnya serangan hama tikus itu, membuat petani kewalahan mengatasi dan mencegahnya. “Sebagai antipasi menjalarnya hama penggerek batang termasuk hama tikus, petani mulai menggelar gropyokan.
Hama satu ini (tikus), kalau sudah menggigit padi ditinggal begitu saja sampai kering. Keadaan ini benar-benar membuat pusing,” ungkap Suhardjo petani di wilayah juwiring yang diiyakan beberapa petani lain, Jumat (8/2).
Kejadian serupa dialami petani di wilayah Kecamatan polanharjo, untuk mencegah meluasnya serangan hama tikus pada musim tanam (MT) 2013, para petani di Desa Wangen Kecamatan Polanharjo Klaten, menggelar gropyokan tikus di area pertanian desa setempat. Sebagai pemicu semangat warga, pemdes setempat memberikan imbalan Rp 500 untuk setiap tikus yang didapat.
“Gropyokan ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya habitat tikus di wilayah kami,” ujar Kades Wangen, Muhyidin. Kegiatan itu dilakukan, merupakan langkah awal yang dilakukan oleh Pemdes Wangen untuk memutus perkembangbiakan tikus di wilayahnya. Dengan demikian, pada MT ini hasil panen petani tidak habis dilalap oleh hewan pengerat tersebut.
“Untuk memicu semangat warga, Pemdes memberikan imbalan Rp 500 untuk setiap tikus yang didapat,” tambah Muhyidin, seraya menyatakan, gropyokan yang diadakan pada pukul 08.00 Wib tersebut disambut gembira oleh puluhan petani desa setempat. bukan karena imbalan yang ditawarkan, namun karena habitat tikus yang dirasa mulai mengkhawatirkan. (Anto)


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !