![]() |
| Balita dalam pangkuan ibunya didampingi ayahnya Dedy (Foto : Sumanto) |
![]() | ||
| Rumah Pasangan Dedy dan Yunika orang tua Deka (Foto : Sumanto) |
Secara sekilas Deka Argantara kelihatan seperti bayi lainnya. Saat lahir di rumah bersalin dekat rumahnya, Deka normal dengan berat badan 3,1 kg dan pan jang 47 cm. "Sejak dalam kandungan sampai lahir, sama sekali tidak ada masalah. Tiga pekan pertama pasca kerlahiranya, Deka tumbuh normal," ungkap Ny Yunika sambil menatap wajah Deka.
Namun tak diduga sebelumnya, ternyata Deka mengalami kelainan jantung dan gangguan fungsi jantung. Deka yang lahir 9 Februari 2013 itu, menderita kelainan kebocoran jantung baru diketahui saat berusia 26 hari. "Saat itu Deka mengalami kejang dan badannya membiru. Melihat hal tersebut saya panik, dan segara membawa ke bidan," ujarnya seraya mengatakan, lantaran kondisi Deka gawat lantas di ujuk ke RSI Kalasan. Di rumah sakit, dokter mendiagnosa Deka menderita aspirasi cynosis atau gangguan pernafasan karena fungsi paru.
Didampingi Suaminya, Ny Yunika menuturkan, baru dua jam di RSI, bayinya dirujuk ke RS Sardjito Yogyakarta. Selama pindah dari rumah sakit sampai menjalani perawatan di RS Sardjito, bayinya sempat mengalami kritis hingga empat kali. Namun Deka masih berhasil diselamatkan, kemudian menjalani operasi ringan dengan pemasangan balon dengan biaya Rp 45 juta. Menurutnya, balon dipasang di bawah jantung dekat dengan perut. Balon itu berfungsi untuk menguatkan fungsi jantung yang tak normal. Setiap dua hari Deka harus dikontrolkan ke rumah sakit. Karena balon yang dipasang hanya dapat bertahan beberapa hari.
"Beruntung biaya sebesar itu masih ditanggung program jaminan persalinan (jampersal)," tutur Dedy yang mendampingi isterinya.
Lebih lanjut Dedy menyatakan, kalau operasi anaknya hanya bersifat sementara. Kalau tidak segera dioperasi lagi, Deka bisa gagal nafas. Karena itu, Dedy mengaku sekarang sedang berupaya, bagaimana caranya mendapatkan biaya untuk operasi di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta. Hanya saja tambahnya, ia sekarang ini mengalami kendala soal dana. Sebab, biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 100 juta. Dana sebesar itu, belum termasuk obat-obat dan perawatan pasca operasi.
"Untuk saat ini saya tak memiliki dana sebesar itu. Karenanya, kami sedang menunggu proses sebagai peserta jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas)," ungkap Dedy yang bekerja sebagai security itu mengatakan akan berupaya sekuat tenaga untuk kesembuhan putra pertamanya tersebut. Dedy menambahkan, dia tak pantang menyerah begitu saja. Dia yakin pasti ada jalan untuk kesembuhan putranya tersebut. Sehubungan itu, dia selain berharap proses kartu Jamkesmas segera selesai, juga berharap ada dermawan yang membantu meringankan biaya operasi anaknya. (Anto)
Namun tak diduga sebelumnya, ternyata Deka mengalami kelainan jantung dan gangguan fungsi jantung. Deka yang lahir 9 Februari 2013 itu, menderita kelainan kebocoran jantung baru diketahui saat berusia 26 hari. "Saat itu Deka mengalami kejang dan badannya membiru. Melihat hal tersebut saya panik, dan segara membawa ke bidan," ujarnya seraya mengatakan, lantaran kondisi Deka gawat lantas di ujuk ke RSI Kalasan. Di rumah sakit, dokter mendiagnosa Deka menderita aspirasi cynosis atau gangguan pernafasan karena fungsi paru.
Didampingi Suaminya, Ny Yunika menuturkan, baru dua jam di RSI, bayinya dirujuk ke RS Sardjito Yogyakarta. Selama pindah dari rumah sakit sampai menjalani perawatan di RS Sardjito, bayinya sempat mengalami kritis hingga empat kali. Namun Deka masih berhasil diselamatkan, kemudian menjalani operasi ringan dengan pemasangan balon dengan biaya Rp 45 juta. Menurutnya, balon dipasang di bawah jantung dekat dengan perut. Balon itu berfungsi untuk menguatkan fungsi jantung yang tak normal. Setiap dua hari Deka harus dikontrolkan ke rumah sakit. Karena balon yang dipasang hanya dapat bertahan beberapa hari.
"Beruntung biaya sebesar itu masih ditanggung program jaminan persalinan (jampersal)," tutur Dedy yang mendampingi isterinya.
Lebih lanjut Dedy menyatakan, kalau operasi anaknya hanya bersifat sementara. Kalau tidak segera dioperasi lagi, Deka bisa gagal nafas. Karena itu, Dedy mengaku sekarang sedang berupaya, bagaimana caranya mendapatkan biaya untuk operasi di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta. Hanya saja tambahnya, ia sekarang ini mengalami kendala soal dana. Sebab, biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 100 juta. Dana sebesar itu, belum termasuk obat-obat dan perawatan pasca operasi.
"Untuk saat ini saya tak memiliki dana sebesar itu. Karenanya, kami sedang menunggu proses sebagai peserta jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas)," ungkap Dedy yang bekerja sebagai security itu mengatakan akan berupaya sekuat tenaga untuk kesembuhan putra pertamanya tersebut. Dedy menambahkan, dia tak pantang menyerah begitu saja. Dia yakin pasti ada jalan untuk kesembuhan putranya tersebut. Sehubungan itu, dia selain berharap proses kartu Jamkesmas segera selesai, juga berharap ada dermawan yang membantu meringankan biaya operasi anaknya. (Anto)



0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !