![]() |
| Terlihat lava pijar saat gunung Merapi meletus [Sumanto] |
KLATEN -
INDEPNEWS.Com : Akibat aktivitas Gunung Merapi meningkat alias meletus, Senin
(16/11), sekitar pukul 04.30 WIB, sempat membuat warga tiga Desa lereng Gunung
setempat sempat mengungsi. Karena mereka khawatir dan was-was jika semburan
lava fijar tejadi seperti letusan seblumnya.
Sepertinya dramatis,
itulah kata singkat yang pantas untuk menggambarkan kondisi lereng Merapi saat
gunung teraktif bergolak. Karena, dua dusun yang terletak di lereng Merapi
Balerante dan Sidorejo nyaris menyentuh pemukiman. Hanya muhjizat Tuhan berupa
angin yang menyelamatkan warga di dua desa tersebut.
"Hembusan
abu fijar terbawa angin ke arah timur, sehingga wilayah Boyolali dan Surakarta
terjadi hujuan abu, dan hujan abu tidak terjadi di wilayah kota Klaten.
Dari
pantauan di Balerante, awan panas alias wedhus gembel sudah berada di atas
Dusun Sambungrejo, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten. Namun tiba-tiba
angin menyapu dan membalikkan arah wedhus gembel tersebut.
"Awan
fijar yang menggumpal tadi sudah melewati bukit tak jauh dari dua dukuh
setempat, kalau saja tidak dihembus oleh angin yang cukup kencang arahnya tetap
ke sini,’’ ujar Suwarno warga Sambungrejo dengan nafas tersengal karena habis
berlari.
Kepanikan
dari Sambungrejo memang terlihat. Karenanya, ratusan warga mulai dari anak-anak
hingga kakek-kakek berlari sambil berteriak-teriak di sepanjang jalan kampung.
Mereka berusaha menyelamatkan diri menuju Pos.
"Karena
trauma terjadinya erupsi sebelumnya menyebabkan kacau mas, Gumpalan asap fijar
besar yang saya lihat. Dan hal itulah yang menyebabkan warga
pontang-panting," ungkapnya.
Kondisi
yang sama juga dialami warga Deles, Desa Sidorejo. Sebab, setelah runtuhnya
Geger Boyo, yakni kubah lava yang terbentuk tahun 1911, awan panas sekarang ini
tak hanya keluar dari puncak Merapi.
"Luncuran
awan fijar Senin pagi buta yang disusul getaran diduga gempa itu membuat warga
kocar-kacir berhamburan keluar rumah, menuju Pos" ungkap Giarto, warga Deles, Desa Sidorejo.
Kepanikan
warga sedikit mereda tatkala mereka bisa menaiki truk evakuasi dan
menyingkir ke daerah yangh lebih aman.
Di sisi
lain, sepanjang hari kemarin hingga semalam langit menjadi pekat. Menurut
Bardiono, saat dia dalam perjalanan dari Sleman ke Klaten menuju Balerante
hujan abu sudah mulai mengguyur.
"Keadaan
dan kondiksi Gelap memang, hampir sepanjang jalan menuju ke sini dari arah
Sleman diguyur abu, lha ini mobil saya penuh abu," kata di seraya menunjuk
Daihatsu Taruna miliknya.
Kendati demikian,
sejumlah warga mengaku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi dan mereka
alami nantinya. Mereka seolah tidak terkejut melihat aktivitas Merapi yang
sedang menebar ancaman tersebut. "Saya tidak ikut ngungsi Mas. Pemandangan
seperti ini sudah sering saya lihat dan alami," kata Mbah Harjo dengan
entengnya.
Camat
Kemalang Bambang Haryoko mengatakan, melihat Gunung Merapi bergejolak, warga
Desa Balerante, Sidorejo dan Tegal Mulyo yang berjkarak hanya 4 kilometer dari
puncak Merapi menyingkir ke daerah yang aman dengan kendaraan sendiri.
Setelah
keadaan benar-benar aman, sekitar pukul 06.00 WIB warga kembali ke rumah
masing-masing. Namun, warga dalam, kondisi siaga di sepanjang jalur evakuasi.
Selama ini, warga sudah sering mendapatkan pelatihan siaga bencana.
"Beruntung,
semua wilayah Kecamatan Kemalang steril dari hujan abu, sebab abu mengarah ke
wilayah Boyolali," tambah Bambang Haryoko.
Sementara
Kabid Pencegahan dan Kesiagaan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Joko Rukminto
menyatakan, ia sangat salut dengan masyarakat, saat terjadi hembusan asap tebal
setinggi 2km, mereka melakukan prosedur evakuasi yang sudah diajarkan.
"Ketika
terjadi asap tebal, warga sudah berkumpul dan truk-truk milik warga sudah
disiapkan di jalur evakuasi menghadap ke arah daerah arah bawah, ungkap Joko
Rukminto. (Anto)


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !