Olahraga Tradisional Harus Juga Diberi Perhatian Khusus

Tanpak aksi olahraga tradisional berupa silat Indonesia (Atr)

JAKARTA - INDEPNEWS.Com : Keterlibatan pemuda dalam sejarah bangsa ini tentu tidak diragukan lagi. Dari masa penjajahan, kemerdekaan, pasca kemerdekaan hingga saat ini, pemuda masih terus memberikan sumbangsihnya untuk kemajuan dan kebaikan Indonesia. Kemenpora sebagai wakil dari pemerintah tentu harus berperan, jangan sampai kontribusi yang telah selama ini konsisten ini makin kuat.

Hal tersebut menjadi bahasan utama diskusi terbatas antara Indonesia Sport Network (ISN) dengan Manajemen grup band Seventeen di Mango Tree Bistro Jakarta, Jumat (13/2).

Senior Adviser ISN Idris Muhammad mengatakan bahwa sisi pemuda ini selama ini masih ‘terasingkan’. Kemenpora yang jelas-jelas sebagai kementerian yang tidak hanya mengelola olahraga, tapi juga kepemudaan, terkesan berat sebelah fokusnya.

“Pemuda memang terkesan terasingkan dari peran Kemenpora. Olahraga tentu harus diberi perhatian yang besar, tetapi soal pemuda harus juga sama besar porsi perhatiannya,” ujar Idris.

Dalam diskusi tersebut, terungkap bahwa banyak sekali kelompok-kelompok pemuda di Indonesia yang berprestasi namun belum pernah mendapat perhatian Pemerintah. Beberapa di antaranya bahkan telah dapat menghidupi kegiatannya sendiri karena sebagian anggotanya telah menjadi pengusaha yang sukses. Mereka juga bahkan berprestasi di ajang-ajang kompetisi bertaraf internasional.

“Di Kemang (Jakarta), kita menemukan komunitas tato dan piercing (tindik, red). Mereka sering juara kompetisi tato dan piercing internasional. Mereka sebagian bahkan sudah jadi pengusaha yang sukses,” kata Faris, wakil dari manajemen dari grup band yang terkenal dengan lagunya ‘Selalu Mengalah’ ini.

Manajemen Seventeen juga menyampaikan bahwa sebagai bagian dari upaya mereka menunjukkan kembali peran pemuda untuk bangsa ini, mereka telah menginisiasi sebuah proyek social bernama Move On Project.

Dalam kegiatan tersebut, dengan melibatkan beberapa band tanah air, mereka ingin mengajak anak-anak muda untuk mengembangkan kreativitas dan berkarya sebanyak-banyaknya. Semangatnya adalah terus berkontribusi untuk bangsa. Jika dulu pemuda berkontribusi lewat sumpah pemuda, pemuda saat ini berkontribusi lewat karya.

“Dalam proyek (Move On Project) ini, mereka akan ditantang untuk mengembangkan kreativitas dan berkarya. Ada yang buat lagu dan video. Juga ada nanti kompetisi olahraga antar pemuda. Tapi kita bukan untuk cari pemenang, tapi lebih ke kebersamaan dan having fun aja,” tambah Faris.

Bangga bersilat
Kembali menyinggung olahraga, meskipun semangat pemuda untuk berolahraga besar, sebagian dari mereka malah menekuni olahraga dari luar. ISN melihat banyak yang lebih suka ikut komunitas taekwondo atau mua-thai ketimbang ikut silat.

“Olahraga tradisional seharusnya punya porsi perhatian khusus. Bukan hanya oleh Pemerintah dalam hal ini Kemenpora, tapi juga dari sisi anak mudanya, terutama artis-artis yang selama ini jadi contoh,” papar Idris.

“Bagaimana itu? Artis-artis harusnya bangga bersilat, bukan pamer latihan mua-thai,” celetuk Faris yang membuat suasana diskusi makin cair.

Tentang program Moving on Project, apa yang menjadi upaya manajemen Seventeen ini harus dikuatkan dengan mengubahnya menjadi sebuah gerakan. Dengan begitu, pemuda tidak harus diminta untuk mendaftar dan ikut serta dalam program tersebut, tapi dengan sukarela mendaftarkan dirinya.

“Tak hanya berhenti di situ, dengan sukarela pula, mereka akan mengajak teman-teman dan orang-orang di sekelilingnya untuk bergabung. Dengan bangga dan sukarela mereka akan mengindentifikasi diri mereka bagian dari (Move On) Project tersebut,” pungkas Rosyid Jazuli, Managing Director ISN. (Indonesia Sport Network atau ISN)