![]() |
Tanpak jalan langganan banjir setiap kali hujan deras (Armin) |
SUKOHARJO - INDEPNEWS.Com : Setiap kali hujan deras turun di wilayah Sukoharjo, khususnya kawasan Sritex Kelurahan Joho, Sukoharjo dan Jetis kecamatan Sukoharjo kota, menjadi langganan banjir. Sejak Rabu hingga Jumat 13 Februari, ratusan rumah di tiga kelurahan tersebut tergenang banjir. Selain itu, langganan banjir juga mengancam kecamatan Grogol, khususnya Desa Pondok, Grogol dan Langenharjo.
Dipastikan ada genangan air atau banjir. peristiwa tersebut sudah terjadi beberapa tahun lamanya dan masyarakatpun sudah hafal. Tapi mau sampai kapan banjir di Joho, Jetis terus melanda. Apakah tidak ada solusi dan upaya ?
Seperti banjir merendam jalan antar provinsi di Kelurahan Jetis Sukoharjo Rabu malam kemarin. Hal ini mengakibatkan arus lalulintas antara Sukoharjo-Klaten, Wongiri, Jawa Tengah Gunung Kidul, Jogyakarta tersendat. “Ketinggian air tadi malam mencapai 50 cm lebih di jalan, kalau di pemukiman lebih tinggi lagi, sehingga mengakibatkan banyak kendaraan yang nekat menerobos banjir mogok,” kata Agustina, Warga Jetis.
Selain mengakibatkan arus lalulintas tersendat, banjir juga mengakibatkan sejumlah tempat usaha di sepanjang jalan terpaksa harus tutup. Pasalnya kios dan warungmakan juga ikut terendam dengan ketinggian berfariasi antara 30 cm hingga 50 cm. Banjir di jalur lintas provinsi ini sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir ketika musim penghujan. Buruknya system drainase di lingkungan ini mengakibatkan saluran air tidak mampu menampung air saat hujan lebat turun. Sehingga air meluap ke pemukiman warga.
Banjir di Kabupaten sukoharjo berdampak negatif pada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di daerah langganan banjir. Mereka terpaksa harus tutup hingga dua hari ketika terjadi banjir dengan menanggung kerugian per hari mencapai rata-rata Rp 300 ribu.
“Kalau banjir datang sudah pasti saya harus tutup minimal dua hari, untuk bersih-bersih, soalnya air masuk rumah sampai ketinggian 50 cm, kalau dihitung-hitung rata-rata kerugian per hari saat banjir sekitar Rp 300 ribu,” kata Santoso, pengusaha permak jeans di Kampung Pangin, Kelurahan Joho, Kamis (12/2) kemarin.
Di kawasan ini, banjir sudah menjadi agenda tahunan sejak belasan tahun lalu akibat meluapnya Sungai Pudak di tengah kampung. Bahkan dalam satu tahun, sempat terjadi banjir hingga 4 kali pada beberapa tahun lalu. Menanggung kerugian akibat banjir tidak hanya dialami Santoso saja. Namun hampir semua pengusaha kecil, seperti warung makan, bengkel, toko kelontong juga mengalami hal yang sama.
Banjir di Kelurahan Jetis, Sukoharjo dan Joho ini diakibatkan oleh meluapnya air dari Sungai Pudak karena tidak mampu menampung air. Pasalnya, saluran air sangat sempit dan sudah terjadi pendangkalan sejak beberapa tahun terakhir.
Sehingga, ketika hujan lebat selama dua jam lebih, sudah bisa dipastikan kawasan yang juga jalur lintas Provinsi ini terendam banjir. Air masuk ke dalam rumah hingga mencapi ketinggian satu meter lebih. Selain itu, air juga merendam jalur lintas provinsi yang menghubungkan Sukoharjo dengan Gunungkidul. (Armin)
Dipastikan ada genangan air atau banjir. peristiwa tersebut sudah terjadi beberapa tahun lamanya dan masyarakatpun sudah hafal. Tapi mau sampai kapan banjir di Joho, Jetis terus melanda. Apakah tidak ada solusi dan upaya ?
Seperti banjir merendam jalan antar provinsi di Kelurahan Jetis Sukoharjo Rabu malam kemarin. Hal ini mengakibatkan arus lalulintas antara Sukoharjo-Klaten, Wongiri, Jawa Tengah Gunung Kidul, Jogyakarta tersendat. “Ketinggian air tadi malam mencapai 50 cm lebih di jalan, kalau di pemukiman lebih tinggi lagi, sehingga mengakibatkan banyak kendaraan yang nekat menerobos banjir mogok,” kata Agustina, Warga Jetis.
Selain mengakibatkan arus lalulintas tersendat, banjir juga mengakibatkan sejumlah tempat usaha di sepanjang jalan terpaksa harus tutup. Pasalnya kios dan warungmakan juga ikut terendam dengan ketinggian berfariasi antara 30 cm hingga 50 cm. Banjir di jalur lintas provinsi ini sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir ketika musim penghujan. Buruknya system drainase di lingkungan ini mengakibatkan saluran air tidak mampu menampung air saat hujan lebat turun. Sehingga air meluap ke pemukiman warga.
Banjir di Kabupaten sukoharjo berdampak negatif pada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di daerah langganan banjir. Mereka terpaksa harus tutup hingga dua hari ketika terjadi banjir dengan menanggung kerugian per hari mencapai rata-rata Rp 300 ribu.
“Kalau banjir datang sudah pasti saya harus tutup minimal dua hari, untuk bersih-bersih, soalnya air masuk rumah sampai ketinggian 50 cm, kalau dihitung-hitung rata-rata kerugian per hari saat banjir sekitar Rp 300 ribu,” kata Santoso, pengusaha permak jeans di Kampung Pangin, Kelurahan Joho, Kamis (12/2) kemarin.
Di kawasan ini, banjir sudah menjadi agenda tahunan sejak belasan tahun lalu akibat meluapnya Sungai Pudak di tengah kampung. Bahkan dalam satu tahun, sempat terjadi banjir hingga 4 kali pada beberapa tahun lalu. Menanggung kerugian akibat banjir tidak hanya dialami Santoso saja. Namun hampir semua pengusaha kecil, seperti warung makan, bengkel, toko kelontong juga mengalami hal yang sama.
Banjir di Kelurahan Jetis, Sukoharjo dan Joho ini diakibatkan oleh meluapnya air dari Sungai Pudak karena tidak mampu menampung air. Pasalnya, saluran air sangat sempit dan sudah terjadi pendangkalan sejak beberapa tahun terakhir.
Sehingga, ketika hujan lebat selama dua jam lebih, sudah bisa dipastikan kawasan yang juga jalur lintas Provinsi ini terendam banjir. Air masuk ke dalam rumah hingga mencapi ketinggian satu meter lebih. Selain itu, air juga merendam jalur lintas provinsi yang menghubungkan Sukoharjo dengan Gunungkidul. (Armin)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !