"Kivlan Zen, mantan staf Kostrad, dia tahu banyak hal. Dia tahu di mana 13 korban diculik, ditembak dan dibuang. Khusus kasus Semanggi 1 mengakibatkan anak saya, Wawan ikut jadi korban," ungkap Sumarsih, Senin (5/5/2014) di Kontras, Jakarta Pusat.
Sumarsih menegaskan, jika memang para prajurit jenderal yang melakukan pelanggaran berat, mereka cinta pada NKRI dan tanah air. Ada baiknya mereka tidak perlu berlomba-lomba menjadi capres dan cawapres.
"Kalau mereka itu cinta tanah air, jangan berlomba-lomba menjadi presiden dan wakil presiden. Silakan dengan rendah hati rela membentuk pengadilan HAM terutama kasus-kasus pelanggaran berat HAM," ujar Sumarsih.
Sumarsih menambahkan apabila Prabowo berani mengklarifikasi soal peristiwa 1997/1998, sebaiknya jangan berbicara di media, melainkan bersaksi di depan pengadilan HAM. [TRIBUNnews.com]


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !