Acara Edukasi Bergulir Khas KSE (Komunitas Satwa Eksotik) INDEPNEWS.Com
Headlines News :
Home » , , » Acara Edukasi Bergulir Khas KSE (Komunitas Satwa Eksotik)

Acara Edukasi Bergulir Khas KSE (Komunitas Satwa Eksotik)

Ditulis Oleh redaksi Minggu, 16 November 2014 | 16.23

Wawan (kaos merah) dalam acara edukasi satwa (Budi) 
SEMARANG - INDEPNEWS.Com : Regional Semarang NOCTUDAY part 9 kali ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 15 November 2014 bertempat di SMP Theresiana Semarang. Dengan sesi tema utama yaitu mengangkat salah satu jenis ular berbisa yang biasa di jumpai di sekitar lingkungan kita. Bahkan di pekarangan atau sudut luar rumah yang dingin dan lembab terutama sehabis hujan yaitu ular gadung luwuk berikut jenis bisa yang dikandungnya dan efek yang ditimbulkan akibat bisa nya / tergigit ular tersebut.

Di sesi ini, wawan sebagai ketua dari KSE (Komunitas Satwa Eksotik) Regional Semarang mengatakan ke siswa-siswa yang hadir dan mengikuti edukasi kali ini bahwa Ular gadung luwuk atau dikenal juga sebagai ular hijau buntut merah / ular bangkai laut / white lipped tree viper / bamboo pit viper, aktif di malam hari dan tidak begitu lincah. kerap terlihat menjalar lambat di antara ranting atau lantai hutan.

Sangat menyukai hutan bamboo dan belukar yang tidak jauh dari sungai tapi tak jarang sering ditemukan di kebun dan pekarangan di dekat rumah dan karena tidak lincahnya dan warnanya yang menarik mengundang orang yang tidak tahu spesifikasi ular ini untuk menangkapnya.

Ular ini bersifat ovovivipar, yakni telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak ular, sehingga seakan akan melahirkan. Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali “bersalin”.

Lanjut dari keterangan Wawan, Di balik ketenangannya, sebenarnya ular ini mudah merasa terganggu dan lekas menggigit. Ular ini merupakan penyumbang kasus gigitan ular terbanyak, yakni sekitar 50% kasus di Indonesia (Kawamura dkk.1975, seperti dikutip dalam David and Vogel, 1997), dan 2,4% di antaranya berakibat fatal.

Bisa ular ini seperti umumnya family crotalinae, bersifat hemotoksin yang merusak system peredaran darah. Dimana gigitannya pada manusia menimbulkan rasa sakit yang hebat, dan kerusakan jaringan di sekitar luka gigitan.

Dalam menit-menit pertama setelah gigitan, jaringan akan membengkak dan sebagian akan berwarna merah gelap. Menyusul terjadinya pembengkakan, rasa kaku dan nyeri yang meluas perlahan-lahan ke seluruh bagian yang tergigit. Rasa nyeri akan terasa terutama pada persendian antara luka dan jantung.

Apabila tidak ditangani dengan baik, perdarahan internal dapat menyusul terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari kemudian, dan bahkan dapat membawa kematian.

Bisa bersifat hemotoksin sendiri jika di dalam darah akan mencegah oksigen membentuk hemoglobin. Akibatnya sel-sel darah akan rusak dan penggumpalan darah akan terjadi, menyerang sistim sirkulasi darah dan sistim otot dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan, gangrene, dan kelumpuhan permanen.

Lalu sesi selanjutnya digelar juga pengetahuan singkat tentang jenis-jenis lain dari ular berbisa yang sering ditemui juga di sekitar lingkungan kita terutama lokasi yang masih berbatasan dengan hutan sekunder / hutan kampung, kebun, pekarangan luas, seperti ular kobra jawa, ular welang, ular weling, ular cabe, ular pudak bromo dan lainnya yang dibawakan oleh Ocie / Ocid masih dari kru edukasi KSE (komunitas satwa eksotik) Regional semarang.

Seperti keterangan salah satu siswa setelah mengikuti arahan dari wawan diatas tadi, Satria (13) mengatakan, “bahwa sangat fatal dan mengerikan dari dampak digigit ular hijau kecil berbuntut merah tersebut apalagi membayangkan sewaktu terkena gigitan tidak ada teman atau masyarakat sekitar untuk segera memberikan pertolongan / membawa ke rumah sakit rujukan sesuai keterangan dari kakak-kakak KSE tadi.”

Bapak Catur Galih selaku Pembina ke Pramukaan SMP Theresiana Semarang mengatakan bahwa “kedatangan para anggota dari KSE (Komunitas Satwa Eksotik) ini ke sekolah kami sangat banyak manfaatnya bagi siswa terutama siswa telah secara singkat terbekali tentang pengetahuan jenis-jenis ular berbisa yang umum dan rumah sakit rujukan jika terkena gigitannya,”

Akhirnya sesi penutup adalah berupa interaksi langsung dan berfoto bersama satwa-satwa yang dibawa oleh kru KSE seperti ular, kadal, biawak, iguana dan lainnya yang tentunya semua bukan satwa berbisa, dan berbahaya melainkan merupakan satwa yang telah jinak dan aman untuk dilakukan interaksi oleh siswa-siswa yang mengikuti acara edukasi ini. (Budi)
Bagikan Berita :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BERITA POPULER

Cari Blog Ini

 


Copyright © 2011. INDEPNEWS.Com - All Rights Reserved