SUKOHARJO, INDEPNews ; Gubernur Jawa Tengah, H. Bibit Waluyo menyatakan keprihatinannya atas peralihan fungsi tanah dari lahan pertanian menjadi pemukiman dan pabrik. Rasa kepritaninan orang nomor satu di Jawa Tengah itu, ditujukan untuk wilayah Solo Raya terutama di Kota Solo, Boyolali, Sukoharjo, Klaten dan Karanganyar.
Dengan peralihan hak
tanah, jelas-jelas akan menyengsarakan rakyat. Pasalanya, sebagian besar tanah
yang beralih fungsi merupakan lahan pertanian hijau yang mampu menghasilkan
padi cukup banyak, tegas Gubernur Bibit Waluyo, dihadapan para Bupati, Walikota
se Jawa Tengah, para pejabat Provinsi Jateng, Kepala SKPD, Camat dan
Lurah/Kepala Desa se Kabupaten Sukoharjo, di area Dam Colo, Desa Pengkol, Kecamatan Nguter, Selasa 29 Mei
2012 siang tadi.
Gubernur datang ke
Sukoharjo, untuk memimpin Upacara Peringatan Hari Air ke 20 dan Hari LIngkungan
Hidup se Dunia tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 yang dipusatkan di
Benung Colo, Nguter.
Lebih lanjut, Gubernur
mengatakan, dia tahu persis peralihan hak tanah dari sabuk hijau menjadi
pemukiman atau pabrik. Bahkan, Gubenrur menunjuk wilayah Kecamatan Mojolaban,
Kartasura dan Grogol banyak tanah sawah sabuk hijau telah berlaih fungsi.
Terkait dengan itu,
gubernur berpesan agar para Bupati dan Wali Kota di Jawa Tengah lebih
berhati-hati untuk member izin peralihan fungsi hak tanah. “Kalau sampai ada Bupati
atau Walikota
member izin peralihan tanah, nantinya akan menerima imbalan tidak enak di
akherat. Pasalnya, peralihan tanah akan membunuh masyarakat,” pinta gubernur
seraya berkelakar.
Menurut dia, program Bali
Ndeso mbangun deso yang dicanangkan tujuan utama untuk kemakmuran masyarakat.
Untuk itu, jangan sampai terjadi lagi ada peralihan hak tanah yang menyimpang.
Tapi, kejadian di Sukoharjo itu Bupatinya yang dulu, bukan Bupati sekarang
Wardoyo Wijaya, timpal Gubenrur.
Ditandaskan Gubernur, dampak dari peralihan sangat terasa
karena swasembada pangan di Jawa Tengah, sedikit terancam. Padahal, sampai saat
ini Jawa Tengah masih menjadi andalan swasembada pangan secara nasional.
Termasuk juga Kabupaten Sukoharjo, menjadi salah satu lumbung pangan andalan di
Jawa Tengah.
Memang, imbuh
Gubernur, terancamnya swasembada pangan di Jateng, bukan hanya peralihan tanah.
Tapi juga faktor alam, akibat ulah manusia yang menebang hutan tidak
terkendali. Sebab, yang terjadi saat ini penebangan hutan tebang butuh, artinya
terjadi penabangan hutan membabi buta.
Dampaknya, banyak
hutan gundul sehinga kalau musim penghujan terjadi bencana tanah longsor dan
banjir. Disisi lain, saat kemarau terjadi kekeringan akibat tidak ada resapan
air. Seharusnya, penebangan hutan
dilakukan tebang pilih, paparnya lanjut.
Sebelumnya, Bupati
Sukoharjo, Wardoyo Wijaya, SH, MH menyampaikan selamat datang kepada GUbenrur
Jawa Tengah, Dirjen Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum beserta rombongan
di area Dam Colo, Pengkol, Nguter, Sukoharjo.
Bupati menjelaskan,
Bendong Colo merupakan salah satu bangunan hasil proyek Pembangunan Prasarana
di Wilayah Sungai Bengawan Solo menyediakan air baku untuk mengairi sawah 23.200 Hektare. Pemanfaatan
air irigasi Colo merupakan salah satu upaya mendukung pencapaian target
produksi komoditas pangan di Jawa Tengah.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !