![]() |
| Gunungan ketupat tahun sebelumnya nampak mendapat perhatian pengunjung (Foto : Sumanto) |
KLATEN, Independent News Online ; Puncak perayaan tradisi Sebar Ketupat setiap Syawalan yang digelar di Bukit Sidhoguro, sebelah Utara Rowo Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, ditandai dengan kirab Gunungan Ketupat yang diyakini bisa membawa berkah itu, dilepas dari Alun-alun kota Klaten menuju obyek Wisata Rowo Jombor, Minggu (26/8) lusa.
Kendati
tradisi syawalan tahun ini tanpa adanya getekan, namun sejak pasca lebaran hingga
menjelang puncak acara, telah dipadati pengunjung. direncanakan 40 Gunungan
akan dikirab menuju lokasi di bukit Sidhoguro untuk diperebutkan warga.
Sejumlah gunungan tersebut dari tiap kecamatan yang rata-rata menyumbang satu
gunungan, kini diwakilkan melakukan eks kawedanan.
Kepala
Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Klaten, Drs.
Sugeng Haryanto mengungkapkan, kegiatan syawalan sudah dilaksanakan secara
turun temurun sejak puluhan tahun lalu. Bahkan jauh sebelum Rawo Jombor ada.
Kalau tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan tiap seminggu setelah lebaran, namun
tahun ini hari keenam. Soal majunya waktu pelaksanaan ini tidak terlalu
dipermasalahkan.
Tahun 2011
gunungan ketupat agak menurun. Namun untuk tahun ini ditargetkan 40 gunungan
ketupat yang akan dikirab untuk memeriahkan puncak tradisi Syawalan di Bukit
Sidoguro, kompleks Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, pada
Minggu (26/8) lusa.
Gunungan
ketupat tahun ini dipersembahkan tak hanya instansi pemerintah, namun dari
unsur perusahaan daerah, perbankan, perusahaan swasta, dan utamanya warga
setempat. Gunungan yang akan dilepas oleh Ketua DPRD Klaten dari halaman Masjid
Raya yang berseberangan dengan alun-alun Kota Klaten, kemudian gunungan
sesampainya di Bukit Sidoguro akan diserahkan kepada Bupati Klaten, selanjutnya
diserahkan kepada masyarakat untuk diperebutkan.
Dijelaskan,
awal mula diselenggarakan acara ini ketika disana tinggal seorang pemuka agama
bernama Sayid Habib yang masih memiliki darah dari Kasunanan Surakarta. Ketika
menyelenggarakan syawalan, dia sengaja menyediakan ketupat yang dia bagikan
pada masyarakat sekitar sebagai bentuk sedekah. Dipilihnya ketupat karena
berasal dari kata 'Ngaku Lepat' (mengaku bersalah).
"Setelah
itu, tiap bulan syawal masyarakat di sini selalu mengadakan kegiatan ini.
Selain sebagai wujud syukur, juga bertujuan untuk meneruskan budaya dari
leluhur. Masyarakat yakin, bagi siapa saja yang bisa mendapatkan ketupat
tersebut akan mendapat berkah. Sehingga tidak sedikit warga yang lalu
mengkramatkan ketupat tersebut," ungkapnya.
Disebutkan,
sejak ratusan tahun yang lalu, masyarakat Klaten khususnya yang bermukim di dua
desa dan dua kecamatan (Desa Krakitan, Kecamatan Bayat dan Desa Jimbung
Kecamatan Kalikotes) masih memegang teguh tradisi sebar ketupat yang konon
diyakini 'ngalap berkah' dari para leluhurnya atau para pendahulunya.
Karena
itulah, acara yang diyakini membawa berkah ini akan setiap syawalan tetap
dilestarikan. Bahkan acara tradisi Syawalan tahun ini lain dari tahun
sebelumnya. Kegiatan acara tradisi syawalan tahun ini, diselenggarakan seperti
tahun sebelumnya. Gunungan Ketupat (Syawalan) akan dikirab dengan mengambil
start dari halaman Mesjid Raya Klaten dn finish di Bukit Sidoguro Jombor Permai
yang ada di kawasan Obyek Wisata Jombor Desa Krakitan, Kecamatan bayat.
Menurut
Sugeng Haryanto, sebelum puncak acara, panitia menarik tiket masuk Rp 3.000,
sedangkan saat puncak acara nanti tiket masuk dinaikkan menjadi Rp 5.000.
Penetapan tarif itu didasarkan atas Peraturan Daerah (Perda) yang berlaku.
Dengan perayaan tardisi di obyek wisata Rawa Jombor tersebut, diharapkan dan
ditargetkan mampu menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 86,25
juta. (Anto)


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !