![]() |
Sukiyat pemilik bengkel Kiat Motor Klaten saat ditemui Independent di ruang kerjanya (Foto : Mac) |
Pria dari 6 saudara, saat masih duduk di bangku SMP sudah mempunyai niat untuk melanjutkan sekolah di RC. “Orang-orang seperti saya ini sering di hina teman-temanya karena cacat, disaat berangkat sekolah selalu berusaha jangan sampai terlambat, kalau terlambat saya menangis”, katanya mengenang. Ada hal yang tak bisa dilupakan saat masih sekolah sering diolok-olok apalagi saat pelajaran olah raga di lapangan, tapi masih ada temannya yang memberikan perhatian manakala jam olah raga Sukiyat kecil di suruh menjaga tasnya Farida Susilowati dan Safitri lalu diberi imbalan roti permen. Sukiyat berharap bisa ketemu 2 orang temanya yang sangat gemati (perhatian).
Sekalipun mempunyai fisik yang tidak sempuran tetapi nyali Sukiyat juga besar, saat kecil juga suka gelut di kroyok 3 diladeni, kalau gelut di stadion Klaten piting-pitingan cokot-cokotan, bahkan suka balapan sepeda tanpa rem tanpa lampu biar kondang (terkenal).
Dari obrolannya, sejak kecil sudah terbiasa tirakat ngalong puasa Senin, Kemis, puasa Daud hal ini yang dapat mempengaruhi jiwa Sukiyat, sekalipun orang tuanya mampu dalam materi, dia selalu ada keinginan untuk mandiri dan merantau untuk mencari pengalaman karena dia tidak mau ketergantungan sama orang tua.
Di saat menjabat Ibu Negara, Tien Soeharto pernah melakukan kunjungan ke RC Solo dan melihat situasi serta suasana anak-anak cacat dan Bu Tien merasa terharu, sehingga keberuntungan ada pada Sukiyat muda yang kemudian diajak menetap dan tinggal di lingkungan istana untuk membantu pekerjaan-pekerjaan yang ada di istana presiden. Sukiyat di istana tanpa sepengetahuan keluarga keberadaannya di ketahui saat bermain bulu tangkis dan disiarkan TVRI, tidak berapa lama Sukiyat di jemput paksa keluarga untuk pulang kampung di Klaten.
Lingkungan istana pada usia 18-an bagi Sukiyat telah banyak memberikan makna dalam hidup paling tidak ada rasa percaya diri, apalagi dari segi fasilitas sudah sangat menyenangkan baginya tidur sudah AC penerangan listrik jika dibandingkan di desa kelahirannya. “Semua perjalanan saya lalui banyak pengalaman yang pahit tetapi itu menjadi pemicu semangat untuk tetap berani melangkah”, ungkapnya mengakhiri. (Mac)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !