Rumah Hunian Sementara Dikosongkan Merangkai Mimpi di Gubuk Merapi INDEPNEWS.Com
Headlines News :
Home » , , » Rumah Hunian Sementara Dikosongkan Merangkai Mimpi di Gubuk Merapi

Rumah Hunian Sementara Dikosongkan Merangkai Mimpi di Gubuk Merapi

Ditulis Oleh redaksi Minggu, 02 September 2012 | 13.10

Deretan Shelter (Rumah Hunian Sementara) 
dikosongkan dan sebagian rusak. (Sumanto)
KLATEN-INDEPNews ; Darmi tinggal di gubuk sederhana di atas tanah bekas puing-puing rumahnya. Gubuk itu hanya berukuran dua meter persegi dengan atap genteng bekas. Tiangnya diambil dari sisa-sisa bambu yang tertimbun abu vulkanik. Meski demikian dia mengaku dan merasa tenteram tinggal di sana bersama istri dan anak semata wayangnya. “Kalau tinggal di Shelter Desa Kepurun susah harus bolak-balik sehingga bosen. Lagian juga capek jika harus bolak-balik,” ungkap Darmi, warga Dukuh Sambungrejo, Balerante, Kemalang, Sabtu (1/9).

Gubuk beranyam bambu seadanya itu rupanya sungguh berarti bagi Darmi. Karena, di sana dia bisa merangkai kembali mimpi-mimpinya tentang rumah masa depannya yang telah hancur disapu awan panas Merapi. Menurutnya,  tidak percaya bahwa tragedi Merapi pasti berlalu. Dan rumah yang menemaninya sejak ia dilahirkan itu, harus kembali berdiri betapapun tanpa
kepastian. “Mau pindah ke mana lagi. Di sini, kami sudah tinggal sejak lahir. Karena itu, meski pemerintah menawarkan berpindah apalagi bertransmigrasi, sebagian besar warga Balerante menolak,” ujarnya, seraya dia menyatakan, rumah hunian sementara dikosongkan.

Semenjak menempati rumah hunian sementara, dia dan keluarganya tak henti berharap semoga bisa kembali pulang dan menghirup udara segar di tanah kelahirannya. Namun, harapan itu semula tetap menggantung meski Merapi telah mereda. “Saya juga sudah kangen kembali ke rumah. Makanya, bikin gubuk ala kadarnya untuk tinggal di sini,” ungkapnya polos.

Darmi bukan seorang diri yang begitu merindukan kampung halamannya. Laksono, warga Dukuh Banjarsari, Balerante, Kemalang itu malah rela menempati puing-puing rumahnya yang masih tersisa satu kamar bersama anak dan juga istrinya. “Di sini kan bisa sambil membersihkan puing-puing rumah. Lumayan, mumpung ada tetangga desa yang membantu,” terangnya.

Rumah Laksono terpaksa dirobohkan lantaran rapuh setelah tersapu awan panas Merapi bersama keempat hewan ternaknya. Meski kini telah terbayarkan gantinya, namun masih ada perasaan gundah yang menyelelimutinya. Itulah, rumah impian tempat ia berkumpul bersama keluarganya dalam kehangatan. “Saya dengar-dengar rumah kami mau dibangun kembali. Tapi, kapan itu, kami tidak tahu,” harapnya. 

Laksono dan juga Darmi sebenarnya sungguh merindukan rumah mereka. Betapapun berdiri di pangkuan Merapi yang membahayakan, namun bagi mereka rumah yang dibangun dengan keringat dan kerja keras itu tetaplah surga mereka. Sebab, dari rumah itulah mereka bisa kembali merajut dan melanjutkan sejarah serta kehidupan sebagai warga lereng Merapi. Namun, entah sampai kapan rumah mereka bakal terwujud kembali. (Anto)
Bagikan Berita :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BERITA POPULER

Cari Blog Ini

 


Copyright © 2011. INDEPNEWS.Com - All Rights Reserved