Desain kasus Esther mencari keadilan di negeri berkeadian, tertutup rapat dipetieskan (Jaya 007) |
“Ada dugaan keras Jajaran Penegak Hukum di Bali terlibat, Presiden dan Kapolri dinilai tutup mata”
Desain Suara Pilar Demokrasi
tentang Esther
selama tiga tahun mencari keadilan
di negri yang
berkeadian sesuai ideologi
Pancasila (Jaya 007)
|
Pasalnya dengan dasar bukti-bukti laporan dari Institusi penegak hukum baik dari Kepolisian, Ombusdman serta Pengadilan bahkan sampai ke Presiden, seakan angin berlalu membuat Esther tetap semangat memperjuangkan hak-hak keadilannya yang sepantasnya mereka dapatkan. Yang ironisnya dalam kasus tersebut beberapa kali nyawanya jadi taruhannya, bahkan korban Esther sempat mengalami pelecehan seksual dan nyaris diperkosa oleh oknum-oknum jaringan dalam kasus Esther tersebut.
Dalam pengakuan Esther kepada Independen News, “untuk keluar dari Bali kami butuh perjuangan berbagai aksi yang dilakukan para mafia hukum untuk melenyapkan nyawa kami. Dengan tujuan agar kasus tersebut tidak dilanjutkan. Dalam perjuangan kami keluar dari Bali hanya pakaian yang di badan yang kami pakai,” terangnya.
“Kami sudah lelah dan dan dalam mencari keadilan hukum tentang kasus yang kualami, yang kami herankan dalam proses mencari keadilan yang kualami bukti-bukti laporan serta balasan surat yang kami dapatkan sudah sampai Ke Ombusdman, Presiden SBY dan Kapolri, MK, KY bahkan seandainya kami bisa bersurat kepada Tuhan itupun kami lakukan demi mengungkap kasus Mafia Hukum Rekasaya Barang Bukti Alat Music DRUM yang ada di PN GIANYAR BALI,” ungkap Esther dengan deraian air mata.
“Kami meminta ketegasan hukum di negeri ini, padahal kasus yang kami alami sudah tiga tahun yang intinya barang bukti alat music DRUM di PN GIANYAR BALI harus diungkap. Bagaimana kemakmuran dan kesejahteraan yang selalu di koar-koarkan Pemerintah, sedangkan nilai-nilai luhur Keadilan yang tertuang di dalam PANCASILA sebagai Ideologi berbangsa dan bernegara sepertinya antara langit dan bumi,” ucapnya.
Selain itu Esther juga menyampaikan, “harta kami di bali serta aset yang kami dapatkan dalam perjuangan hidup di sana sudah di rekayasa, yang intinya mereka (Jaringan Oknum Mafia Hukum-red) sudah merampas hak keadilan dan karya kami sebagai anak bangsa di negeri kami sendiri,” terangnya.
“Kami minta para penegak hukum dalam kasus kami. Serta para LSM, Media dan YLBH yang selama ini sering berjuang atas nama Keadilan untuk negeri ini, kalau bukan sekarang kapan lagi kita lakukan,” jelasnya mengakhiri. (Jaya 007)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !