Potret Kehidupan Miskin Tamrin & Keluarganya ‘Special Kado’ Peringatan Hari Jadi Selayar ke 409 INDEPNEWS.Com
Headlines News :
Home » , , » Potret Kehidupan Miskin Tamrin & Keluarganya ‘Special Kado’ Peringatan Hari Jadi Selayar ke 409

Potret Kehidupan Miskin Tamrin & Keluarganya ‘Special Kado’ Peringatan Hari Jadi Selayar ke 409

Ditulis Oleh redaksi Minggu, 26 Oktober 2014 | 20.11

SELAYAR - INDEPNEWS.Com : Tanpa terasa Kabupaten Selayar akan kembali memperingati momentum hari jadinya yang ke 409 tahun. Rangkaian hari bersejarah ini akan kembali diperingati oleh segenap unsur warga masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar pada tanggal, 29 November 2014 mendatang.

Sebuah rangkaian peringatan hari bersejarah yang sepatutnya diisi oleh catatan kesuksesan pembangunan dalam sepuluh tahun era pemerintahan Drs. H. Syahrir Wahab, MM. Bukan sebaliknya, harus diwarnai oleh torehan tinta merah kegagalan pembangunan dalam hal pengentasan kehidupan warga miskin.

Laporan tentang potret kehidupan miskin keluarga Tamrin warga Jl. Melinjo, Lingkungan Bua-Bua Utara, Kelurahan Benteng Utara, Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, kami kupas tuntas, lengkap dan tajam sebagai ‘kado special’ Puncak Peringatan Hari Jadi Selayar ke 409 tahun.

Upaya penanganan terhadap kehidupan rakyat miskin di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan ternyata belum banyak memberikan jawaban yang berarti. Data warga miskin versi Dinsosnakertras Kabupaten Kepulauan Selayar per tahun 2011 menyebutkan, jumlah penduduk miskin di daerah penghasil keripik melinjo ini masih berada pada kisaran delapan ribu jiwa.

Dalam sebuah kesempatan wawancara ekslusif dengan wartawan beberapa tahun lalu, Kepala Dinas Dinsosnakertrans, Drs. Saharuddin mengungkapkan, persoalan kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Selayar, akan rampung dalam tiga tahun masa jabatannya sebagai Kadis Sosial.

Namun ironis, karena hingga sekarang angka kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Selayar masih tetap tidak menunjukkan pergeseran. Malah sebaliknya, jumlah penduduk miskin kian bertambah banyak. Kondisi rakyat miskin bahkan kian memprihatinkan dan menyedihkan. Tak sedikit diantara mereka yang harus menanggung kesulitan untuk bisa memperoleh kualitas gizi makanan yang baik dan berkualitas.

Jangankan mengkonsumi makanan 4 sehat 5 sempurna, membeli beras kualitas terendah untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat dengan harga....per kg, mereka sudah sangat kesulitan disamping mereka juga harus membeli kebutuhan lauk-pauk. Tamrin bersama keluarganya merupakan salah satu potret nyata warga miskin yang tinggal berdomisili di Jl. Melinjo, Lingkungan Bua-Bua Utara, Kelurahan Benteng Utara, Kecamatan Benteng.

Pekerjaan sebagai seorang tukang becak dengan penghasilan yang tidak menentu, memaksa Tamrin dan keluarga untuk tetap dapat menjalani kehidupan sehari-hari ditengah himpitan ekonomi yang serba kekurangan. Pendapatan dari hasil menggayuh becak sebesar tiga puluh lima ribu rupiah perhari betul-betul hanya cukup buat membeli dua liter beras murah dan ikan seadanya yang didapat dari pasar seharga sepuluh ribu rupiah per ikat.

Realita kehidupan miskin yang dilakoni Tamrin bersama enam orang anggota keluarganya tergambar dengan sangat jelas dari kondisi bangunan rumah berukuran 6 x 15 meter, berusia tujuh puluh tahun yang kian memprihatinkan. Bangunan rumah semi permanen yang sebahagian dindingnya terbuat dari bahan baku bambu tersebut tampak mulai usang dan lapuk termakan usia.

Bagian atap rumah yang terbuat dari bahan dasar seng bekas dan daun kelapa mulai terlihat bolong, seperti bolongnya beberapa bagian dinding rumah berusia rentah itu. Tiang penyangga yang selama ini berfungsi sebagai penopang bangunan rumah pun tampak mulai miring kanan-kiri dan nyaris rubuh.

Sementara penghasilan sebagai seorang tukang becak sebesar tiga puluh lima ribu rupiah perhari betul-betul hanya cukup buat memenuhi kebutuhan biaya dapur. Tak sepeser rupiahpun uang yang tersisa buat memperbaiki kondisi bangunan rumanya yang sudah reok dan mulai mengancam keselamatan jiwa anggota keluarganya.

Angin kencang yang terkadang datang tiba-tiba, tak jarang membuat istri dan anaknya harus lari tengah malam karena takut tertimpa oleh reruntuhan bangunan rumahnya sendiri. Sisi lain derita kehidupan keluarga Tamrin dapat ditilik dari kondisi bagian dalam rumah yang kosong tanpa perabotan. Diatas rumah, hanya terdapat dua buah meja kayu dan satu meja plastik kusam.

Selebihnya, terdapat empat buah lemari kayu yang digunakan sebagai tempat pakaian dengan kondisinya yang sudah rusak. Tiga lemari ditempatkan di ruang tamu dan sisanya diposisikan di dalam ruang kamar tidur tanpa pintu yang tidak berjauhan dengan ruang tamu.

Berbeda dengan kamar tidur pada umumnya, ruang kamar tidur di rumah Tamrin hanya terisi oleh bentangan kasur tanpa pengalas dan kain kelambu untuk melindungi keluarganya dari gigitan nyamuk, saat sedang tidur malam. Tidak ada plafon permanen diatas rumah ini, terkecuali selembar kain baliho caleg yang dibentangkan sebagai plafon ruang tamu.

Sementara bagian dalam dapur hanya diwarnai oleh keberadaan dua buah panci, sebuah tungku dengan bahan bakar kayu dan beberapa ember cat bekas yang dijadikan sebagai tempat penampungan air bersih. Tidak ada lemari penyimpanan khusus makanan yang tersedia di dalam ruang dapur. Panci nasi dan piring berisi ikan goreng hanya diletakkan diatas sebuah bangku-bangku kayu yang terletak tidak berjauhan dengan galon air dan rak piring besi karatan. (fadly syarif)
Bagikan Berita :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BERITA POPULER

Cari Blog Ini

 


Copyright © 2011. INDEPNEWS.Com - All Rights Reserved