Akibat Minimnya Box Inkubator Akhirnya Bayi Kembar Tewas INDEPNEWS.Com
Headlines News :
Home » , , » Akibat Minimnya Box Inkubator Akhirnya Bayi Kembar Tewas

Akibat Minimnya Box Inkubator Akhirnya Bayi Kembar Tewas

Ditulis Oleh redaksi Kamis, 14 Mei 2015 | 09.40

BEKASI - INDEPNEWS.Com : Tujuan rumah sakit di era Jokowi untuk membantu rakyat dan harus mengedepankan rasa kemanusiaan. Jika komersial dikedepankan tanpa ada rasa sisi kemanusian, Depkes harus bertindak. Hal ini Menjadi komitmen Jokowi terhadap Rumah Sakit. 

Tetapi lain halnya di lapangan, Sri Supartini hanya bisa pasrah dan tabah dengan merelakan kepergian kedua bayi kembarnya beberapa saat setelah dilahirkan. Kedua bayi kembarnya tidak mendapat perawatan yang baik dengan alasan ‘aturan’ dan minimnya pelengkapan medis.

Peristiwa tersebu terjadi pada hari Minggu (10/5/2015) lalu. Supartini yang tinggal di Jalan Hidayah RT05/RW08 Kampung Rawa Bebek, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat melahirkan bayi kembar. Karena mendadak mengalami kontraksi. Istri dari Asbih adalah karyawan PT. Arnott`s Indonesia yang juga merupakan pasien dari peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) akan melahirkan di Rumah Sakit Ananda.

Pihak rumah sakit Ananda yang melayani pasien BJPS itu menyarankan proses melahirkan melalui operasi sesar dan perlu Box Inkubator untuk bayinya yaitu kedua bayi kembar yang masih dalam proses melahirkan.

“Keterangan dari pihak Rumah Sakit Ananda, bayi di dalam kandungan itu belum termasuk sebagai peserta BPJS, maka pihak RS Ananda meminta uang muka sebesar Rp16 Juta agar bisa segera dilakukan tindakan medis,” ujar Asbih. 

Lanjut keterangan Asbih, “Padahal saya sudah bilang sebagai karyawan PT Arnott`s Indonesia yang posisinya berdekatan dengan RS Ananda ini,” ujar Asbih, Selasa (12/5/2015) kemarin. 

“Sesuai permintaan pihak RS Ananda, saya berusaha menghubungi HRD (Human Resource Development) PT. Arnott s Indonesia. Namun karena hari libur, tidak ada HRD yang masuk kantor,” terangnya.

Asbih mengaku sempat minta keringanan cara pembayaran uang muka. Karena tidak ada uang sebanyak Rp 16 juta saat itu juga, Asbih mencoba menego pihak rumah sakit untuk membayar Rp 5 juta dulu. “Saya bayar Rp 5 juta, nanti sorenya saya lunasi,” ungkap Asbih. Namun pihak rumah aakit tidak segera memberi respon cepat atas tawarannya itu.

Sementara istrinya yang dalam keadaan lemas, hanya bisa berbaring di ruang Instalasi Gawat Darurat (IDG), sambil menunggu permohonan suaminya dapat diterima dan segera diberikan pertolongan. “Yang jelas, pihak Rumah Sakit Ananda kesannya menolak, karena uang 16 juta tidak bisa disiapkan Asbih. Padahal dalam kondisi urgen itu Istri saya dalam kondisi lemas mau melahirkan, hanya bisa terbaring di ruang IGD, tanpa ada pertolongan sama sekali" ungkapnya.

Karena tidak ada respon dari pihak RS. Ananda, sementara istri dan kedua jabang bayi dalam kandungan harus segera mendapat pertolongan, akhirnya Asbih memutuskan membawa istrinya ke Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi (RSUD).

Pukul Empat Sore Asbih membawa istrinya ke RSUD Bekasi dan langsung menjalani proses persalinan secara normal. Namun pihak rumah sakit pemerintah itu mengaku Box Inkubator sudah terpakai semua dan meminta Asbih mencari Box Inkubator ke rumah sakit lain.

Hingga pukul 21.00 WIB, Asbih belum mendapatkan Box Inkubator. Sampai akhirnya dia mendapat kabar bahwa anak pertamanya telah meninggal. Keluarga Asbih terus mencari Box Inkubator yang dibutuhkan untuk menyelematkan satu anaknya lagi.

Namun hingga dini hari, alat yang dicari itu tidak kunjung didapat dengan semua rumah sakit di Bekasi memiliki Box Inkubator. Akhirnya Senin (11/5/2015) pukul tiga dini hari satu lagi bayi Asbih meninggal dunia. “Saya hanya Pasrah serta meratapi nasib,” Pungkasnya. (AN)
Bagikan Berita :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BERITA POPULER

Cari Blog Ini

 


Copyright © 2011. INDEPNEWS.Com - All Rights Reserved