![]() |
| Terlihat tumpukan limbah sisa produksi dibuang sembarangan, baik di jalan maupun sungai. (Foto : Sumanto) |
KLATEN-INDEPNews ; Ribuan warga di sejumlah desa di
wilayah Kecamatan Tulung dan Kecamatan Polanharjo, Klaten, resah dan was-was
terancam bencana alam banjir bandang. Karena, limbah pati aren sisa produksi
yang sudah menumpuk dibuang ke Sungai Jebol, Desa Daleman, Tulung, bisa
menimbulkan luapan air sungai menerjang pemukiman penduduk.
"Keresahan
itu muncul, karena warga masih trauma terjadinya banjir bandang yang mengakibatkan
runtuhnya sebuah jembatan penghubung desa, yang terjadi tiga tahun lalu
(1999-red)," ungkap Jono, seorang warga Pucangmiliran, Tulung, (8/8).
Diungkapkan,
limbah sisa pohon aren yang diproduksi menjadi pati itu, saat musim kemarau
seperti sekarang ini, volumenya meningkat dan hanya dibuang sembarang, baik di
pinggiran jalan, maupun pinggiran sungai, bahkan dimasukkan ke sungai.
"Sudah sejak berpuluh-puluh tahun silam, setiap musim kemarau perajin
selalu meningkatkan produiksi. Namun, penanganan sisa produksi (limbah) belum
maksimal," ungkap jono.
Padahal,
kalau musim penghujan tiba, limbah yang dibuang ke sungai bisa menghambat
aliran sungai dan menimbulkan bencana banjir. Sebagai cotohnya, banjir bandang
yang terjadi tiga tahun silam yang mengakibatkan jebolnya atau runtuhnya
jembatan penghubung antar desa.
"Tumpukan
limbah di berbagai lokasi pinggiran kampung, saat ini benar-benar meningkat.
Kondisi demikian dikhawatirkan jika terjadi banjir akan besar,' ujarnya.
Seorang
perajin warga Desa Daleman, Tulung Lakon, tidak mengelak, jika ancaman bencana
banjir di musim kemarau akibat dampak limbah aren yang di buang ke sungai bisa
menimbulkan banjir. Namun demikian, dia mengaku, sebenarnya warga takut
membuang limbah aren ke sungai. Tetapi, warga tidak punya pilihan lain cara
mengatasi limbah sisa produksi tersebut.
"Saya
akui memang, limbah yang menumpuk tinggi di aluran sungai itu, menghambat arus
air dan menyebabkan banjir. Ancaman bencana banjir tersebut tidak saja menimpa
pemukiman warga Desa Daleman, namun juga beberapa desa baik wilayah Kecamatan
Tulung maupun Kecamatan Polanharjo, dan wilayah Kecamatan Wonosari, sebelum
masuk ke sungai Bengawan Solo," ujar dia.
![]() |
| Seorang pengusaha Sutono, menunjukkan mesin bantuan yang dongkroh disimpan di rumahnya. (Foto : Sumanto) |
Mesin Mangkrak
Sementara
itu, seorang tokoh masyarakat, pengusaha dan juga perajin, Dukuh Margoluwih,
Desa Daleman, Sutono juga membenarkan, jika penanganan limbah produksi pati
aren belum bisa maksimal. Disebutkan, berbagai upaya sudah ditempuh untuk mengatasi
limbah tersebut, namun hasilnya tak bisa maksimal.
Sebagai
contoh, bantuan mesin dari Pemkab Klaten, yang sedianya untuk mengolah limbah
dijadikan briket, dibakar, dijadikan media tanam dan upaya lain, namun hanya
mampu menyerap 10 persen produski limbah sehari. Ahkirnya, warga tetap membuang
sebagian besar limbah ke sungai.
Sehubungan
itu, warga tetap berharap pemerintah daerah Klaten turun tangan. Karena jika
tidak ditangani, setiap saat musim penghujan menimbulkan bencana banjir.
Sehingga, menyebabkan ketidak tenangan warga masyarakat.
Disebutkan,
produksi limbah sisa produksi mencapai 40-60 ton/hari. Belum lagi kalau musim
kemarau, produksi pati naik dratis. Sebab, permintaan semakin bertambah banyak.
Di desa Daleman saja, terdapat 49 perajin pati aren yang bisa menyerap tenaga
kerja ribuan orang, dan usaha rumahan.
Sementara
ini, limbah dijadikan makanan ternak, yang satu zaknya dijual seharga Rp 8.000
- Rp 10.000/zak, tetapi tidak banyak peternak yang membutuhkan. "Karena
belum menemukan solusi lain, limbah sebagian besar tetap di buang sembarangan,
termasuk ke sungai," tandasnya. (Anto)



0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !