KLATEN-INDEPNews; Kendati pihak instansi terkait
memperketat masuknya daging ternak dan hewan dari luar daerah, menjelang hari
raya kali ini disinyalir daging sapi glonggongan dan daging ayam tewas kemarin
(Tiren) dari luar daerah masih lolos masuk dan beredar di pasaran di wilayah
Kabupaten Klaten.
Karena itu,
masyarakat hendaknya berhati-hati kalau membeli daging di pasar harus jeli.
Sehubungan itu, dihimbau pihak dinas/instansi terkait lebih meningkatkan
pengawasan masuknya daging dari luar ke Klaten. Peredaran daging sapi
glonggongan dan daging ayam tiren itu dinilai sangat merugikan masyarakat baik
secara ekonomi maupun kesehatan.
"Jangan
dibiarkan daging sapi glonggongan dan daging ayam tiren beredar di pasaran.
Karena itu perlu dilakukan pengawasan ekstra ketat setiap daging masuk
Klaten," ungkap Pembina Lembaga Bina Karya Usaha Masyarakat Klaten, Drs
Budhi Susilo, Rabu (8/8).
Lebih
lanjut dikatakan, kendati daging glonggongan itu umumnya berasal dari luar
daerah, namun petugas dinas/instansi terkait sebaiknya juga mengawasi
rumah-rumah pemotongan hewan di Klaten. Selain itu, pembina usaha kecil itu
(Drs. Budhi Susilo-red) juga menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati
apabila memilih daging sapi maupun ayam.
Daging sapi
dan ayam yang sehat memiliki ciri tidak terlalu berair dan tak kering, beraroma
khas daging dan berwarna cerah. Adapun kalau daging sapi dan ayam glonggongan
memilki kadar air yang sangat banyak, sehingga jika disimpan di panci maka akan
keluar air. Daging yang berkadar air tinggi tersebut akan mudah ditumbuhi
kuman.
Menurut
dia, penggelonggong daging sapi maupun ayam itu selain merugikan masyarakat
konsumen, juga dinilai menyakiti hewan ternak, karena ternak dipaksa minum air
sebanyak-banyaknya sebelum dipotong. Bahkan terkadang ternak terlanjur mati
saat digelonggong, sebelum disembelih.
"Saya
pernah melihat di luar daerah sejumlah ternak yang digelonggong sebelum giliran
disembelih sudah mati," ungkap Budhi Susilo.
Disamping
itu, tambahnya, air yang digunakan untuk menggelonggong tersebut adakalanya
menggunakan air yang kotor, sehingga sangat dimungkinkan masuknya kuman ke
dalam daging ternak yang akan disembelih tersebut.
"Memang
merupakan kendala bagi pihak berwenang dalam pengawasan masuknya daging dari
luar daerah. Karena Pemkab Klaten tampaknya belum mempunyai pelengkap hukum
atau peraturan daerah yang mengatur tentang peredaran daging, sehingga petugas
setengah hati dalam menindak praktek penyimpangan penjualan daging yang diduga
bisa menimbulkan kerawanan terhadap kesehatan," ujar Budhi Susilo lagi.
Dibagian
lain, dalam sidaknya tim Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten dan Balai Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Veteriner (Bapel Kesmavet) Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Jawa Tengah, di Pasar Kota petugas mendapati daging kepala ayam
yang terlihat lembek dan berwarna pucat. Setelah diuji dengan cairan durante,
daging terdapat noda darah warna merah dan hitam di permukaan daging itu. Dari
pengujian warna daging itu berubah kehijau-hijauan, sehingga terbukti daging
tersebut bangkai.
Menurut
Kepala UPTD RPH Disperan Klaten, Murtopo, selain ayam tiren, pihaknya juga
menemukan 2,25 kilogram hati daging sapi yang sudah membusuk. Hati sapi
tersebut sudah berwarna cokelat kehitam-hitaman, dan tak sehat. Sampel daging
tersebut disita, karena mengandung zat berbahaya dan tak layak konsumsi, dan
dimusnakan.
Terpisah,
Kasi Pengujian Bahan Asal Hewan, Bapel Kesmavet, Saiful Latif mengatakan daging
dan hati yang ditemukan tim sidak, terbukti bangkai dan tidak layak dikonsumsi.
Untuk mendapat kepastian, daging tersebut akan diujikan di laboraturium.
Pengujian perlu dilakukan karena meski kuman mati saat di masak, daging tersebut
sangat berbahya kalau masuk ke dalam tubuh manusia. (Anto)


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !