Keraton Kasunanan Surakarta INDEPNEWS.Com
Headlines News :
Home » , , » Keraton Kasunanan Surakarta

Keraton Kasunanan Surakarta

Ditulis Oleh redaksi Rabu, 30 Mei 2012 | 21.44

SURAKRTA, INDEPNews ; Terjadinya sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh Sunan Kuning pada masa pemerintahan Paku Buwana II Raja Keraton Kartasura pada tahun 1742 M atau biasa disebut dengan geger pacinan. Pemberontakan saat itu dapat ditumpas dengan bantuan tentara VOC

Tetapi bantuan VOC tersebut menimbulkan perjanjian yang sangat merugikan. Yaitu pemerintahan keraton harus merelakan sebagian wilayahnya kepada VOC sebagai bentuk imbalan atas bantuan yang telah VOC berikan. Dan juga hancurnya bangunan keraton serta menurut filosofi Jawa bahwa apabila keraton sudah diduduki musuh maka keraton sudah tercemar.

Kemudian Pakubuwono II memerintahkan kepada senopati Tumenggung Honggowongso (bernama kecil Joko Sangrib atau Kentol Surowijoyo) bersama seorang komandan VOC J.A.B Van Hohendorff untuk mencari sebuah tempat yang akan dijadikan sebuah Ibukota atau Kota Raja baru. Kemudian dipilihlah sebuah desa bernama desa Sala ditepi bengawan Solo yang letaknya kurang lebih 10 km dari Kartasura. 

Tertulis pula dalam sejarah bahwa pembangunan keraton menggunakan kayu jati Donoloyo dari daerah hutan jati Donoloyo, yang mana proses pengangkutannya mengunakan media sungai atau dengan cara menghanyutkanya melalui sungai Bengawan Solo. Kemudian diberikanlah nama Surakarta sebagai nama wisuda pusat pemerintahan baru atau dikenal dengan nama Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Secara resmi keraton ditempati pada tanggal 17 Februari 1745. Istana ini pula menjadi saksi prosesi penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Paku Buwono II kepada VOC di tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, Keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta.

Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Mataram terpecah menjadi dua dengan Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya Paku Buwono III. Sedangkan Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan bagi Kasultanan Yogyakarta, dengan Mangkubumi sebagai rajanya, yang bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Kasultanan Yogyakarta mulai dibangun pada tahun 1755, dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu dibangun

Keraton Surakarta merupakan salah satu bangunan yang eksotis di zamannya. Salah satu arsitek istana ini adalah Pangeran Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga menjadi arsitek utama Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pola dasar tata ruang kedua keraton tersebut (Yogyakarta dan Surakarta) banyak memiliki persamaan umum. 

Keraton Surakarta sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang ini tidaklah dibangun serentak pada 1744 - 1745, namun dibangun secara bertahap dengan mempertahankan pola dasar tata ruang yang tetap sama dengan awalnya. Pembangunan dan restorasi secara besar-besaran terakhir dilakukan oleh Susuhunan Pakubuwono X (Sunan PB X) yang bertahta 1893-1939. Sebagian besar keraton ini bernuansa warna putih dan biru dengan arsitekrur gaya campuran Jawa-Eropa.

Kompleks bangunan Keraton memiliki dua wilayah yaitu di dalam tembok dan diluar tembok keraton yang disebut dengan Tembok Baluwarti atau  sebuah dinding pertahanan dengan tinggi sekitar tiga sampai lima meter dan tebal sekitar satu meter tanpa anjungan. Dinding ini mengelilingi  sebuah daerah dengan bentuk persegi panjang. 

Daerah itu berukuran lebar sekitar lima ratus meter dan panjang sekitar tujuh ratus meter meliputi bangunan Kemandungan Utara sampai Kemandungan Selatan. Sedangkan yang disebut dengan Komplek luar tembok yaitu Sitihinggil utara maupun selatan serta laun alun utara maupun selatan. Juga terdapat  bangunan Masjid Agung dan Gapura Geladak

Objek wisata yang terdapat dalam lingkungan keraton :
Pada bagian depan terdapat sebuah gedung berbentuk menara yang bernama Panggung Songgo Buwono yang konon peruntukannya digunakan oleh raja untuk bermeditasi bertemu dengan penguasa Pantai Selatan. Terdapat art gallery yang menyimpan benda benda kuno serta bernilai sejarah sperti kereta kencana , keris, wayang, dandang (tempat menanak nasi kuno), gamelan serta pusaka – pusaka dan benda bersejarah lain.
Bagikan Berita :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BERITA POPULER

Cari Blog Ini

 


Copyright © 2011. INDEPNEWS.Com - All Rights Reserved