![]() |
Terlihat arus lalin di Klaten untuk arus balik mulai padat (Foto : Sumanto) |
KLATEN-INDEPNews ; Arus lalu lintas pada H+4 lebaran, Kamis
(23/8) mengakibatkan Jalan raya Yogya-Solo tepatnya di wilayah Klaten padat
mulai dari ujung timur (wilayah Kecamatan Wonosari-red) sampai barat (wilayah
Kecamatan Prambanan-red). Kendati tidak terjadi kemacetan parah, antrean
kendaraan di traffic light mencapai ratusan meter. ''Pada arus balik tahun ini
Kendaraan lebih padat dibanding tahun lalu,'' ungkap Sadeli, seorang pengguna
jalan yang hendak balik ke Jakarta.
Dikatakan,
kepadatan arus lalu lintas terjadi sejak mulai perbatasan Kabupaten
Sukoharjo-Klaten-Boyolali di Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari. Antrean
paling panjang terjadi antara traffic light terminal bus Penggung (Kecamatan
Ceper) sampai ke simpang empat Desa Karangwuni (Kecamatan Ceper). Di ruas Jl
Yogya-Solo antara dua titik itu antrean mencapai sekitar 300 meter. Mayoritas
didominasi oleh kendaraan pribadi. Tahun lalu menurutnya antrean juga terjadi
tetapi tidak separah tahun ini.
Menurutnya,
kepadatan arus tersebut dipicu H+1 lebaran jatuh pada hari Minggu sehingga
warga memiliki waktu lebih lama untuk anjangsana dengan keluarga di daerah
lain. Selain itu warga yang sudah bertemu keluarga memilih menyerbu lokasi
rekreasi di Yogyakarta atau di Klaten. Dengan
waktu yang lebih lama itu, diperkirakan arus akan terus padat sampai H+4. Dia
mengaku agar menyingkat waktu dan tak terjebak antrean terpaksa mencari jalan
tikus melalui perkampungan warga.
Menurut
pemantauan di lapangan, kepadatan kendaraan di jalan protokol itu didominasi
mobil pribadi. Jumlah sepeda motor relatif lebih sedikit dibandingkan mobil.
Mobil yang mayoritas diisi rombongan keluarga tersebut lebih banyak bergerak ke
arah Yogyakarta sejak pukul 08.00. Penumpukan
antrean terjadi di traffic light Penggung, Ngaran Mlese (Kecamatan Ceper), Jl
Veteran (Kecamatan Klaten Utara) sampai ke traffic light Prambanan (Kecamatan
Prambanan).
Dibagian
lain, terpantau di beberapa persimpangan jalan, anggota Sat Lantas terpaksa
menarik antrean kendaraan tanpa mengacu pada lampu traffic light. Hal itu
dilakukan petugas karena jumlah kendaraan terus padat merayap. Karena padatnya
arus, di beberapa celah median jalan warga sekitar terpaksa turun tangan untuk
menyeberangkan warga. Bahkan ada yang menjual jasa menyeberangkan kendaraan
yang hendak pindah jalur.
Kabid Lalu
Lintas Dinas Perhubungan Pemkab Klaten, Sumarsono, SH menyatakan, semua traffic
light di wilayah Kabupaten Klaten belum menggunakn teknologi canggih. Karena
itu, pengaturan durasi masih menggunakan pengaturan manual, atau hanya untuk
kondisi arus kendaraan normal. Dikatakan, di Klaten belum menggunakan sistem automatic traffic control system
(ATCS). Sistem tersebut mengatur lalu lintas secara otomatis dan memenuhi kebutuhan
kondisi di lapangan.
"Di
Klaten belum mampu mengadakan ATCS,
karena harga satu titik ATCS mencapai Rp 1 miliiar," tambah dia seraya
menyebutkan, untuk mengantisipasi penumpukan arus mudik maupun arus balik
sekarang ini Dinas setempat telah mengambil kebijakan merombak empat titik
traffic light yang rawan penumpukan. Seperti di titik simpang tiga Ngaran
Mlese, Ceper, Pakis, Kecamatan wonosari, Taman Wisata Kecamatan Prambanan dan
simpang tiga SGM, Prambanan. (Anto)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !