![]() |
| Petani sedang membersihkan tunas daun tembakau di sawahnya (Foto : Sumanto) |
KLATEN-INDEPNews; Kalangan petani tembakau di wilayah
Kabupaten Klaten musim panen (petik) kali ini umumnya bingung dan resah.
Karena, meski musim panen raya hampir tiba, namun wacana soal harga belum ada.
Padahal, tahun sebelumnya, sebulan menjalang panen tiba patokan harga sudah
ada.
“Hasil
panenan musim ini lebih bagus dibandingkan dengan musim sebelumnya, Hanya saja,
petani khawatir daun tembakau tak laku dijual. Padahal, panenan tahun lalu,
kurang satu bulan panen stok tembakau di sawah-sawah ‘diserbu’ para pembeli
dengan harga relatif tinggi,” ungkap Ngadimin, petani di wilayah Kecamatan
Trucuk, Klaten, Kamis (8/8).
Lebih
lanjut dikatakan, para sebagian petani tembakau di sini (Manisrenggo) saat ini
gelisah, ini bukan karena tanaman kurang air. Namun lantaran sampai menjelang
panen raya kali ini patokan harga tembakau belum ada. Padahal, tahun
sebelumnya, kurang satu bulan panen sudah banyak tengkulak datang ke
sawah-sawah untuk menawarnya.
“Sekrang
ini tanaman tembakau di Manisrenggo umumnya sudah berumur 2,7 bulan, sehingga
satu minggu mendatang sudah bisa dipanen. Tetapi kabar soal harga tembakau per
patok atau per kilogramnya belum ada selentingan (wacana harga),” ungkap dia.
Sumber lain
menyebutkan, musim panen tahun lalu harga tembakau tinggi, meski saat itu hanya
sebagian petani yang meraub untung besar. Karena, musim lalu sebagian besar
petani ‘trauma’ dengan musim panen tahun sebelumnya banyak menderita kerugian.
“Karena
stok tembakau di Klaten berkurang, saat musim panen tahun lalu (2011) para
pengusaha lokal (Klaten-red) harus mencari di luar Klaten seperti Grobogan,
Boyolali dan beberapa kota
lainnya,” ungkap penebas tembakau Tukiyo seraya mengakui bahwa musim ini dia
belum bergerak (membeli daun tembakau).
Diakui oleh
nya, hasil panen tembakau tahun lalu memuaskan dibanding dengan hasil padi
selisihnya jauh. Harga tembakau di sawah ditebas (dibayar) Rp 3 sampai Rp 4
juta/patoknya. Meski tanaman padi panenan musim kali ini sebagian besar cukup
lumayan.
“Patokan
harga tembakau saat ini belum ada, maka kami belum berani keluar untuk
menebas,” tambah Tukiyo.
Menurut
pemantauan, menunjukkan lahan-lahan tembakau yang terhampar di persawahan di
beberapa wilayah kecamatan seperti Kecamatan Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan,
Trucuk dan beberapa kecamatan yang lain, menurut sejumlah petani sebagian tanaman tembakau sudah siap dan bahkan mulai
panen itu belum ada yang menawar.
“Umumnya,
petani tak berani mengeringkan sendiri takut menanggung resiko, sehingga
sebagian besar petani menjual tembakau yang masih daun basah di sawah. Tetapi,
entah panenan mendatang, kalau tidak ada tengkulak (pembeli) terpaksa dibawa
pulang untuk dikeringkan sendiri,” ungkap Karjo (45), petani di Prambanan.
Menurut S
Tukiyo, seorang pengusaha tembakau di Jogonalan, musim panen tahun lalu, ada
beberapa tengkulak membelinya dengan harga rob (satu patok) berkisar Rp 2 juta
sampai Rp 3,5 juta bahkan lebih. Namun, musim petik tembakau tahun ini jumlah
tengkulak yang nebas tembakau di sawah belum ada yang keluar, sehingga tidak
mengherankan kalau para petani tembakau bingung. (Anto)














0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !