Sejumlah pedaganng bunga mawar di Pasar Boyolali |
BOYOLALI - INDEPNEWS.Com
: Umat
muslim di dunia, dua pekan lagi akan memasuki bulan Suci Ramadhan. Sebelum
menjalankan ibadah puasa, masyarakat kawasan lereng Merapi senantiasa melakukan
ritual nyadran.
Sadranan bagi masyarakat
setempat biasanya berlangsung antara pertengahan sasi Ruwah (penanggalan jawa)
hingga berakhir nanti pada bulan puasa, adalah perayaan yang posisinya sangat
penting, dimana seluruh anggota keluarga yang mempunyai akar dari wilayah
lereng Merapi, seperti Kecamatan Selo, Musuk, dan Cepogo, akan melakukan
tradisi berziarah ke makam leluhur untuk memanjatkan doa, Minggu (22/5).
Kondisi ini dimanfaatkan
para penjual bunga mawar untuk mengais rejeki. Sejak dua hari terakhir, harga
bunga mawar di pasar Boyolali Kota naik hingga tiga lipat dibanding hari biasa.
Permintaan bunga mawar yang selama ini dipasok dari daerah Musuk melonjak
drastis.
Pada hari biasa harga
bunga mawar sebanyak satu rinjing (keranjang kecil) hanya Rp 15.000. Namun pada
menjelang puasa ini naik menjadi Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu. Jika diecer
lagi, satu paket berisi tiga ceting plastik dihargai hingga Rp 50 ribu. Padahal
sebelumnya hanya Rp 25 ribu saja. Kenaikan ini tidak hanya dirasakan oleh
kalangan pembeli, namun juga kalangan penjual atau tengkulak.
Sebut saja Jamari (40) salah
satu penjual bunga mawar di Pasar Boyolali Kota mengatakan, ada tiga jenis
mawar yang dipasok, yakni mawar merah, putih, dan jambon atau pink. Karena
cukup langa, mawar jambon dihargai paling tinggi, mencapai Rp 100 ribu per
keranjang kecil, harganya tiga kali lipat dibanding mawar lainnya.
Selain pembeli lokal
yang akan ritual Sadranan, imbuhnya, banyak juga pembeli dari luar kota yang membeli mawar
untuk kebutuhan ritual lainnya.
Ramainya permintaan
mawar biasanya akan susut saat bulan puasa menjelang, tapi akan kembali ramai
saat lebaran tiba.
Diakuinya,
keberlangsungan adat dan tradisi membuat petani dan penjual bunga mawar dapat
terus eksis dan bertahan.
“Dalam budaya jawa,
jelang bulan puasa biasanya banyak ritual adat dan tradisi yang membutuhkan
bunga mawar, sehingga permintaanya melonjak,” terangnya kepada wartawan.
Pedagang lainnya,
Sutarso (38) menjelaskan, penjual mawar memang panen besar saat tradisi
Sadranan berlangsung yang membutuhkan mawar untuk ditabur di pusara. Warga Desa
Musuk, Kecamatan Musuk ini juga mengaku, pengahasilan saat nyadran seperti ini
juga berlipat.
Pada hari biasa, untuk
Rp 200 ribu sehari sudah lumanyan. Namun pada saat sadranan seperti ini,
keuntungan yang didapatnya bisa mencapai sekitar Rp 1 juta.
“Kalau hari biasa, istri
saya jualan bunga sehari penuh. Tapi kalau sekarang, kulakan 12 rinjing, jam 12
siang sudah habis,” paparnya.
Namun harga mawar kali
ini berbanding jauh dengan harga pada tahun kemarin, dimana harga sekeranjang
kecil mawar mencapai Rp 75 ribu.
“Sekarang kan panen raya,
kebetulan cuacanya mendukung sehingga panennya sangat melimpah. Sehingga meski
ada kenaikan harga, tapi tidak terlalu tinggi dibanding tahun lalu,” tambah
Sutarso.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !