Permintaan Mawar Pada Ritual Sadranan Meningkat, Pedagang Diuntungkan Rp. 1 Juta Perhari INDEPNEWS.Com
Headlines News :
Home » , , » Permintaan Mawar Pada Ritual Sadranan Meningkat, Pedagang Diuntungkan Rp. 1 Juta Perhari

Permintaan Mawar Pada Ritual Sadranan Meningkat, Pedagang Diuntungkan Rp. 1 Juta Perhari

Ditulis Oleh redaksi Minggu, 22 Mei 2016 | 20.26

Sejumlah pedaganng bunga mawar di Pasar Boyolali
BOYOLALI - INDEPNEWS.Com : Umat muslim di dunia, dua pekan lagi akan memasuki bulan Suci Ramadhan. Sebelum menjalankan ibadah puasa, masyarakat kawasan lereng Merapi senantiasa melakukan ritual nyadran.

Sadranan bagi masyarakat setempat biasanya berlangsung antara pertengahan sasi Ruwah (penanggalan jawa) hingga berakhir nanti pada bulan puasa, adalah perayaan yang posisinya sangat penting, dimana seluruh anggota keluarga yang mempunyai akar dari wilayah lereng Merapi, seperti Kecamatan Selo, Musuk, dan Cepogo, akan melakukan tradisi berziarah ke makam leluhur untuk memanjatkan doa, Minggu (22/5).

Kondisi ini dimanfaatkan para penjual bunga mawar untuk mengais rejeki. Sejak dua hari terakhir, harga bunga mawar di pasar Boyolali Kota naik hingga tiga lipat dibanding hari biasa. Permintaan bunga mawar yang selama ini dipasok dari daerah Musuk melonjak drastis.

Pada hari biasa harga bunga mawar sebanyak satu rinjing (keranjang kecil) hanya Rp 15.000. Namun pada menjelang puasa ini naik menjadi Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu. Jika diecer lagi, satu paket berisi tiga ceting plastik dihargai hingga Rp 50 ribu. Padahal sebelumnya hanya Rp 25 ribu saja. Kenaikan ini tidak hanya dirasakan oleh kalangan pembeli, namun juga kalangan penjual atau tengkulak.

Sebut saja Jamari (40) salah satu penjual bunga mawar di Pasar Boyolali Kota mengatakan, ada tiga jenis mawar yang dipasok, yakni mawar merah, putih, dan jambon atau pink. Karena cukup langa, mawar jambon dihargai paling tinggi, mencapai Rp 100 ribu per keranjang kecil, harganya tiga kali lipat dibanding mawar lainnya.
Selain pembeli lokal yang akan ritual Sadranan, imbuhnya, banyak juga pembeli dari luar kota yang membeli mawar untuk kebutuhan ritual lainnya.

Ramainya permintaan mawar biasanya akan susut saat bulan puasa menjelang, tapi akan kembali ramai saat lebaran tiba.
Diakuinya, keberlangsungan adat dan tradisi membuat petani dan penjual bunga mawar dapat terus eksis dan bertahan.

“Dalam budaya jawa, jelang bulan puasa biasanya banyak ritual adat dan tradisi yang membutuhkan bunga mawar, sehingga permintaanya melonjak,” terangnya kepada wartawan.

Pedagang lainnya, Sutarso (38) menjelaskan, penjual mawar memang panen besar saat tradisi Sadranan berlangsung yang membutuhkan mawar untuk ditabur di pusara. Warga Desa Musuk, Kecamatan Musuk ini juga mengaku, pengahasilan saat nyadran seperti ini juga berlipat.

Pada hari biasa, untuk Rp 200 ribu sehari sudah lumanyan. Namun pada saat sadranan seperti ini, keuntungan yang didapatnya bisa mencapai sekitar Rp 1 juta.

“Kalau hari biasa, istri saya jualan bunga sehari penuh. Tapi kalau sekarang, kulakan 12 rinjing, jam 12 siang sudah habis,” paparnya.
Namun harga mawar kali ini berbanding jauh dengan harga pada tahun kemarin, dimana harga sekeranjang kecil mawar mencapai Rp 75 ribu.

“Sekarang kan panen raya, kebetulan cuacanya mendukung sehingga panennya sangat melimpah. Sehingga meski ada kenaikan harga, tapi tidak terlalu tinggi dibanding tahun lalu,” tambah Sutarso.

Mahalnya harga bunga ini diakui Sumardi (56), warga Boyolali Kota. “Harganya sekarang mahal. Saya beli bunga Rp 5 ribu hanya dapat satu ceplok. Akhirnya saya beli bunga Rp 10 ribu, agar dapat dua ceplok bunga,” tandasnya. (Ylt)
Bagikan Berita :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

BERITA POPULER

Cari Blog Ini

 


Copyright © 2011. INDEPNEWS.Com - All Rights Reserved